Ayah yang Durhaka
.
P
ada suatu hari seorang lelaki membawa anaknya menghadap Khalifah Umar bin Khathab. Ia mengadukan tentang sikap anaknya yang selalu berbuat durhaka kepadanya, dan selanjutnya mengharapkan berbagai nasihat untuk memperbaikinya. Namun anak itu ternyata lebih duhulu bertanya kepada sang Khalifah.
“Wahai Khalifah, apakah seorang anak mempunyai berbagai hak yang harus dipenuhi oleh seorang ayah.”begitu anak tesebut mengadu.
“Hak seorang anak,” jawab Khalifah, “Yang harus dipenuhi seorang ayah antara lain memberi nama yang bagus, baik menurut pandangan agama atau masyarakat. Yang kedua, mendidik dan mengajari mengenai perihal agamanya. Ketiga, menciptakan suasana yang kondusif mengenai hubungan segitiga antara seorang ayah dengan anak dan ibunya. Itulah yang perlu diperhatikan.”
“Wahai Amiril Mukminin, ayah saya tidak berusaha membuat kondisi yang sedemikian itu. Pertama, aku diberi nama bukan dengan nama yang baik sehingga menimbulkan kesan buruk bagi kehidupanku. Kedua, suasana rumah tangga kami tidaklah harmonis, sebab ibuku merupakan seorang yang tidak mengerti agama, namun dibiarkan saja oleh ayahku. Ketiga, aku sendiri tidak pernah diajari Al-Qur’an oleh ayahku kendati hanya sepotong huruf.” begitu sang anak mengadukan.
Setelah mendengar jawaban sang anak ini, Khalifah segera mengatakan kepada sang ayah:
“Anda datang kepadaku untuk mengadukan perihal anakmu yang durhaka itu. Namun ternyata sebelum anak itu berbuat durhaka kepadamu, Anda sendiri telah terlebih dahulu berbuat durhaka kepadanya. Anda telah berbuat jahat terhadapnya sebelum anakmu berbuat jahat terhadapmu, camkanlah!,” begitu Khalifah malah memojokkan sang ayah.
Betapa penting memperhatikan pendidikan seorang anak, mengingat Rasulullah sendiri telah mengatakan bahwa anak merupakan sebuah aset pahala bagi orang tua yang tidak terputuskan, khususnya mengenai do’a mereka.
Dengan demikian berbagai amal baik yang dilakukan seorang anak akan bermanfaat juga bagi seorang ayah. Dan sebaliknya berbagai kejahatan anak, pada akhirnya orang tua juga akan menanggung akibatnya. Hal ini akan sejalan pula jika kita mencermati firman Allah yang mengatakan bahwa setiap seseorang itu akan menanggung sendiri segala akibat perbuatannya, orang lain tidak. Sebab anak pada hakikatnya adalah hasil kerja orang tua. Sehingga orang tua akan menanggung pula terhadap berbagai kebajikan atau keburukan yang dilakukan seorang anak.
■■■
Kamis, 07 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar