Sabtu, 09 Januari 2010

Rezeki yang Halal

Dalam mencermati makanan yang akan kita jadikan sebagai energi tubuh, Islam begitu memperhatikan apa yang perlu dikonsumsi tubuh itu sendiri, dan bagaimana cara memperolehnya, apa pula berbagai jenis yang perlu dihindari sehingga tubuh akan betul-betul terjamin kesehatannya yang kelak akan begitu berguna untuk menghamba kepada Allah SWT.
Yang perlu diperhatikan. Pertama, makanan itu dalam keadaan bagus dan halal, dihasilkan dari usaha yang sesuai dengan tuntunan sunnah serta terhindar dari usaha yang dimakruhkan, disamping tidak untuk memperturutkan hawa nafsu. Perhatikan firman Allah :
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batal terkecuali dengan jalan perniagaan yang berjalan dengan suka sama suka di antara kamu. Dan jangan pula kamu membunuh dirimu (An-Nisa’ : 28 ).
Dalam ayat tersebut Allah sangat memperhatikan mengenai kehalalan energi yang masuk ke dalam tubuh, kemudian melarang untuk memakan harta haram, yakni makanan yang dihasilkan dengan jalan batal, baru menghimbau untuk menjauhi perbuatan nista yang lain, yaitu bunuh diri. Hal ini tiada lain karena pengaruh dan barakah makanan halal itu sendiri sangat besar, baik untuk kepentingan kehidupan atau pun mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, perlu membasuh tangan terlebih dahulu agar kotoran dan daki yang melekat padanya tidak ikut masuk dalam tubuh. Sebab jika aktivitas makan itu dimaksudkan agar seseorang lebih leluasa dalam menjalankan agamanya, maka hal ini termasuk ibadah pula. Sehingga akan sebagaimana berwudhu ketika hendak menjalankan shalat. Periksa sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Ausath:
“Membasuh tangan ketika mulai makan akan dapat menyingkirkan kefakiran. Dan ketika telah selesai makan, akan dapat menyingkirkan penyebab sakit gila.”
Ketiga, yang lebih dekat dengan ajaran Rasulullah adalah menaruhkan tempat makanan itu di lantai (lesehan), sebab yang demikian itu lebih dekat pada tindakan tawadhu’. Dalam sebuah hadits riwayat Hasan yang ditulis oleh Ahmad dalam kitab Az-Zuhud mengatakan:
Jika saja makanan datang kepada Rasulullah, beliau segera menaruhkannya di lantai.
Keempat, duduk dengan baik di depan makanan itu hingga selesai, sebagaimana perbuatan Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Abdullah bin Basyir.
Adalah Rasulullah Saw. terkadang membongkokkan punggungnya di atas kedua belah lututnya ketika makan. Acapkali juga duduk pada kedua belah tumitnya, dan kadang kaki sebelah kanannya ditegakkan kemudian duduk di kaki sebelah kiri.
Bersabda pula Rasulullah Saw:
Aku tidak akan makan dengan bersandar. Aku adalah seorang hamba, dengan demikian cara makanku pun sebagaimana seorang hamba. Ketika duduk pun sebagaimana seorang hamba.
Kelima, hendaklah berniat agar badan menjadi kuat untuk melaksanakan ibadah kepada Allah, dengan demikian aktivitas makan itu akan ditulis sebagai ibadah, kendati secara lahiriah tidak bergambar ibadah.
Jangan pula menyimpan maksud untuk berlezat-lezat, malah akan lebih baik jika tidak sampai batas kenyang agar tidak akan menghalang atau menjadikan malas melaksanakan berbagai ibadah itu, bahkan akan menghilangkan kenikmatan melakukan ibadah. Dan tidak akan makan terkecuali jika telah merasa lapar, sehingga tubuh akan senantiasa sehat dan tidak lagi membutuhkan pertolongan dokter.
Keenam, mencukupkan diri dengan makanan yang tersedia dan tidak perlu harus lengkap dengan perbagai lauk pauk, bahkan kalau perlu makan lebih dahulu sebelum melakukan shalat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
Jika saja waktu makan malam dan waktu ‘Isyak datang bersamaan, maka mulailah dengan makan malam.
Ketujuh, akan lebih baik dilakukan bersama-sama dengan anak isterinya dalam satu tempat, bahkan Rasulullah tidak pernah makan dalam keadaan sendiri, sesuai dengan sabdanya:
Berkumpullah kalian dalam makan, maka akan dipenuhi berkah oleh Allah.
(Hadits dari Wahsyi bin Harb dengan isnad hasan).

Ali bin Abi Thalib mengatakan: “Barang siapa memulai sarapan pagi dengan mencicipi garam terlebih dahulu, maka Allah akan menghilangkan tujuh puluh macam bahaya darinya. Dan barang siapa setiap hari memakan kurma ‘ajwah (jenis kurma Madinah) tujuh butir, maka segala ulat dan bakteri yang bersarang di tubuhnya akan segera mati. Dan barang siapa memakan anggur merah setiap hari sejumlah dua puluh satu butir, maka tidak akan ditemukan lagi apa pun yang tidak disenangi pada tubuhnya.
Memakan daging akan baik pengaruhnya bagi pertumbuhkan, sedangkan makanan tsarid (adonan gandum bercampur daging) adalah makanan favorit orang Arab. Namun basqarat (daging bercampur minyak samin) bisa membesarkan perut dan menjadikan pantat mengendor. Dan memakan daging sapi kurus akan menyebabkan datangnya penyakit, begitu pula lemaknya. Namun susunya bisa menjadi penawar.
Sedangkan bagi wanita yang sedang nifas, ia akan lebih baik memperbanyak makan kurma basah (ruthab). Dan barang siapa berkehendak panjang umur, hendaklah ia membiasakan sarapan pagi, memakai terompah akan lebih baik. Dan obat yang amat berguna tidak akan ada yang mengalahkan minyak samin. Jangan terlalu sering bersenggama dan hendaklah baju luar dibuat dari bahan yang ringan.
Pada sekali kesempatan Hajjaj bin Yusuf mengatakan pada seorang dokter:
“Terangkan masalah-masalah kesehatan yang perlu aku perhatikan!,” begitu kata Hajjaj.
“Janganlah kau kawin terkecuali dengan perawan, jangan pula memakan daging terkecuali jika kau dapatkan yang masih muda. Dalam menghadapi makanan yang perlu dimasak, jangan kau memakannya terkecuali jika telah matang benar. Jangan meminum obat terkecuali jika memang sedang sakit. Dan jika meminumnya, maka jangan kau tindak lanjuti dengan makanan-makanan lain.
Kunyahlah apa pun yang kau makan dengan sebaik-baiknya, namun jangan segera kau ikuti dengan minuman. Dan jika kau minum, hendaknya jangan segera kau ikuti dengan makanan lain. Jangan sekali-kali menahan kencing atau berak. Dan jika kau telah usai makan di siang hari, maka akan lebih baik segera tidur. Namun jika selesai makan di malam hari, maka akan lebih baik berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum tidur kendati hanya dengan seratus langkah,” begitu jawab dokter tadi.
Imam Syafi’i mengatakan:“Cara makan itu ada empat macam. Pertama, makan dengan satu jari, sikap itu akan mengundang murka Allah. Kedua, makan dengan dua jari, merupakan sikap orang-orang yang takabur. Ketiga, makan dengan tiga jari merupakan ajaran Rasulullah Saw. (sunnah). Keempat, makan dengan empat atau lima jari merupakan tindakan rakus.”
Empat macam tindakan, “kata Asy-Syafi’i lagi, “Akan bisa memperkuat tubuh, yaitu sering memakan daging, memakai minyak wangi, sering mandi yang bukan tersebab janabat dan mengenakan pakaian dari bahan kattan.
Adapun yang menyebabkan tubuh mudah merasa payah adalah memperbanyak senggama, banyak susah, sering minum ketika perut sedang lapar dan sering memakan makanan asam. Yang akan bisa memperkuat ketajaman mata yaitu melihat pada tumbuh-tumbuhan yang menghijau, pakaian selalu bersih, sering duduk dengan menghadap kiblat dan bercelak ketika akan tidur.
Perbuatan yang menyebabkan mata cepat payah yaitu sering memandang pada kotoran, memandang pada orang yang dihukum salib, memandang pada kemaluan wanita dan duduk dengan membelakangi kiblat.
Dan masih ada empat macam lagi yang akan memperkuat senggama, yaitu memakan daging burung pipit, meminum perasan buah butrawali besar, memakan buah kemiri dan memakan buah pala.
Dalam tidur pun dapat dibagi empat macam, yaitu tidur dengan menyandarkan tengkuk, yang demikian itu adalah sikap para Nabi, mereka sering berfikir mengenai apa pun yang berada di langit dan di bumi. Kedua, tidur miring ke kanan. Yang demikian itu sikap para ulama dan ahli beribadah. Ketiga, tidur miring ke kiri, yang merupakan kebiasaan seorang raja dengan maksud agar makanan di perutnya segera tercerna. Keempat, tidur dengan muka tengkurap, ini merupakan gaya syetan.
Empat sikap yang menyebabkan akal menjadi kuat. Pertama, menahan diri dari banyak ucapan. Kedua, sering bersugi (bersiwak). Ketiga, sering berdiam dalam masjid. Keempat, memberbanyak membaca Al-Qur’an.
Berkata pula Imam Syafi’i:“Mengherankan, mengapa banyak orang memaksakan diri untuk pergi ke pemandian padahal perut mereka merasa lapar. Bukankah sikap seperti ini memperpendek umur. Begitu pula amat banyak orang yang berbekam, namun segera saja mereka makan kenyang. Bukankah hal ini menyebabkan pendeknya umur pula.”
Semoga bermanfaat adanya.



■■■

Tidak ada komentar:

Posting Komentar