Bani Israel betul-betul mengalami kejayaan ketika tampuk kerajaan dipegang Nabi Daud, dan mengalami puncaknya ketika Nabi Sulaiman menggantikan sang ayah. Nabi Daud merupakan figur yang banyak memiliki kelebihan, diantaranya beliau ahli memproduksi baju perang dari besi, dimana lempengan besi akan meleleh ketika berada di tangannya, suaranya begitu merdu, hingga ketika bertasbih akan dikelilingi berbagai burung, gunung-gunung, hewan liar dan pepohonan.
Kitab Zabur telah diberikan Allah kepada beliau. Seorang figur ahli ibadah, baik dengan banyaknya shalat, zikir atau pun puasa sunnah, hingga kita mengenal istilah puasa Daud, ya’ni sehari puasa dan sehari lagi berbuka, begitu seterusnya sepanjang tahun.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Daud menerima wahyu:
“Wahai Daud, katakanlah kepada mereka yang menghadap-Ku dengan penuh kecintaan bahwa tiadalah suatu pun yang akan membahayakan mereka jika saja aku menghijab mereka dari seluruh makhluk, namun Aku gantikan dengan terbukanya hijab (tirai) antara mereka dan Aku sehingga mereka akan bisa melihat kepada-Ku dengan mata hatinya.
Tidak pula akan membahayakan jika saja duniawi Aku jauhkan dari mereka ketika kenikmatan dalam beragama telah Aku hamparkan pada mereka. Juga tidak akan membayakan jika saja mereka dibenci oleh para makhluk ketika mereka telah mendapatkan ridha-Ku.”
“Wahai Daud, kau menyangka bahwa dirimu telah menyintai-Ku. Kalau demikian, maka keluarkanlah kecintaan duniawi dari seluruh bilik hatimu, sebab keduanya merupakan lawan yang tidak akan bisa berkumpul selamanya.”
“Wahai Daud, berkumpullah bersama para kekasih-Ku dengan sepenuh hati. Demikian pula berkumpullah dengan mereka yang menyintai duniawi dengan penuh hati-hati. Namun mengenai urusan agama harus kau serahkan kepada-Ku sepenuhnya, dan jangan sekali-kali agama diserahkan kepada penyinta dunia itu.
Kemudian mengenai masalah yang sudah jelas dan sesuai dengan apa yang Aku kehendaki, maka segeralah engkau berpegangan dengannya. Adapun yang masih mengandung keraguan, maka segera serahkan kepada-Ku. Aku akan segera memberi pertolongan kepadamu dan menegakkan sikapmu yang tampak belum lurus. Aku juga akan memberi bantuan terhadapmu dalam menghadapi berbagai kesulitan kendati kau tidak meminta bantuan.
“Wahai Daud, Aku telah bersumpah dengan zat-Ku, bahwasannya Aku tidak akan memberi pahala seorang hamba kecuali terhadap mereka yang betul-betul telah Aku kenal bersungguh-sungguh berserah diri di hadapan-Ku, dan mereka yang telah menyadari bahwa tiada daya sedikit pun kecuali dengan pertolongan-Ku.
Jika saja kau telah bersikap demikian, maka akan segera Aku lepaskan kehinaan dan keluh kesah yang selalu menggeluti dirimu, kemudian segera Aku taruhkan rasa cukup dan kekayaan jiwa pada dirimu.
Aku pun telah bersumpah bahwa jika saja seorang hamba itu begitu membanggakan kekuatan dirinya, maka segera akan Aku serahkan saja kepadanya terhadap urusannya sendiri sehingga sekali-kali Aku tidak akan memberi pertolongan kepadanya. Serahkanlah segala urusanmu kepada-Ku. Jangan pula kau serikatkan amal-amalmu kepada selain diri-Ku, hal itu akan berakibat kawan-kawanmu tidak akan bisa mengambil manfaat apa pun darimu.”
“Wahai Daud, sadarilah bahwa makrifat kepada-Ku itu tanpa suatu batas, dengan demikian tidak pernah ada habisnya. Dan jika kau memohon tambahan nikmat kepada-Ku, maka segera akan Aku perkenankan, malah tambahan itu tidak pernah ada batasnya.
Kemudian beri tahukan kepada seluruh Bani Israel bahwasannya antara diri-Ku dan para makhluk tidaklah pernah ada pertalian nasab. Dengan demikian jika saja mereka mengagungkan kemauan dan kecintaan kepada-Ku, maka segera akan aku beri karunia yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pula pernah terdengar telinga atau pun terlintas di benak hati para manusia”.
“Wahai Daud, taruhlah Aku tepat di depan kedua belah matamu, kemudian pandanglah Aku dengan mata hatimu, jangan dengan mata kepalamu. Lihatlah mereka yang akalnya selalu terhijab dari-Ku, pada akhirnya selalu terputus dari segala pahala-Ku. Sebab Aku telah bersumpah, demi kemuliaan dan keagungan-Ku bahwa Aku tidak akan membuka sebuah pahala bagi seorang hamba yang melaksanakan ibadah hanya berdasar coba-coba atau bermalas-malasan.”
“Wahai Daud, merendahlah kepada mereka yang menimba ilmu kepadamu, jangan sekali-kali kau bersikap takabur pada mereka, sebab jika saja mereka yang telah menyintai-Ku itu mengetahui martabat para penimba ilmu, niscaya mereka akan rela menjadi tanah sebagai tempat berpijak para penuntut ilmu.”
“Wahai Daud, jika saja kau menyembuhkan seorang murid dari penyakit bangga dengan duniawi, kau akan Aku tulis sebagai orang yang berjihad. Dan barang siapa telah Aku tulis semisal orang yang berjihad, maka ia tidak akan mengalami keluh kesah, juga tidak lagi membutuhkan uluran tangan para makhluk.”
“Wahai Daud, berpeganglah dengan kalam-Ku, dan pergunakanlah tubuhmu untuk selalu beribadah kepada-Ku demi keselamatan tubuhmu sendiri. Jangan pula kemuan nafsu itu engkau turuti, sikap itu akan menjadikan dirimu terhijab dari cinta-Ku.
Jangan pula kau membuat putus asa terhadap para hamba dari rahmat-Ku. Kemudian hilangkanlah segala syahwat yang masih bergelayut pada dirimu, sebab memperturutkan syahwat itu hanya Aku perbolehkan bagi para hamba-Ku yang masih lemah. Mereka yang kuat dalam beribadah, jelas akan menyingkirkan segala syahwatnya, sebab syahwat akan bisa mengurangi kelezatan bermunajat dengan-Ku.
Dan memperturutkan syahwat itu sudah cukup sebagai siksaan bagi para ahli ibadah itu, disamping akan Aku halangi akal mereka untuk berfikir mengenai keagungan-Ku. Sebab sekali-kali Aku tidak merelakan jika saja para kekasih-Ku itu bergelimang duniawi, Aku jelas akan menyingkirkan mereka darinya.”
“Wahai Daud, janganlah kau menjadikan seorang ‘alim yang mabuk duniawi sebagai penghantar antara diri-Ku dan dirimu, kalau itu terjadi maka akan aku halangi dirimu dari menyintai-Ku. Mereka itu adalah rampok yang akan mengahalangi para hamba untuk mendekat kepada-Ku.
Janganlah kau memeperturutkan segala syahwat, akan lebih baik jika syahwat itu kau perketat dengan memperbanyak berpuasa. Namun ketika berbuka janganlah kau memperbanyak makan, sebab kecintaan-Ku terhadap seseorang itu jika saja ia tampak selalu berpuasa”.
“Wahai Daud, biasakanlah untuk menyintai-Ku dengan jalan memusuhi nafsumu. Cegah dari memperturutkan hawa nafsu, dengan demikian kau akan selalu Aku pandang, disamping tirai yang ada pada dirimu akan tersingkapkan”.
“Wahai Daud, nasehat-Ku kali ini Aku perhalus, dengan harapan agar dirimu lebih kuat dalam berpacu meraih berbagai pahala tatkala telah Aku curahkan kepadamu. Namun sekarang semua itu masih Aku tahan menunggu semangatmu dalam melaksanakan ibadah.”
“Wahai Daud, jika saja mereka yang berlaku maksiat itu melihat bagiamana Aku menunggu mereka, bagaimana pula kasih sayangku agar mereka meninggalkan segala kedurhakaannya, sungguh mereka akan mati karena begitu merindukan-Ku. Sendi-sendi mereka juga akan terlepas tersebab dirundung cinta kepada-Ku yang tiada tertahankan lagi. Wahai Daud, sikap-Ku seperti itu adalah mengenai mereka yang durhaka, bagaimana sikap-Ku terhadap mereka yang selalu menghadap pada-Ku…
“Wahai Daud, saat-saat seseorang paling perlu dikasihani adalah jika ia tidak membutuhkan Aku lagi, atau mereka yang telah membelakangi-Ku. Namun saat yang paling berharga dan paling terhormat bagi seseorang adalah jika saja ia kembali kepada-Ku.”
Itulah isi wahyu yang telah disampaikan Allah dan diresapi oleh Nabi Daud dengan sepenuh hati. Semoga kita bisa mengambil i’tibar dan pelajaran yang berharga darinya, amin.
■■■
Sabtu, 09 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar