Muraqabah merupakan sikap hati ketika selalu merasa melihat atau dilihat Allah. Kondisi seperti ini yang akan membuahkan sebuah makrifat kepada Allah. Malah sebagian orang yang telah dekat kepada Allah sering mengeluarkan sebuah ahwal atau sikap hati yang begitu dekat dengan-Nya sehingga melupakan apa pun selain Dia. Inilah yang telah dicapai figur-figur muqarrabin dan shiddiqin. Dan kondisi seperti itu dapat dikatakan sebagai istighraq (habis-habisan mendekat dan mencintai kepada Allah).
Orang yang telah mencapai derajat sedemikian ini acapkali lupa terhadap makhluk sehingga tidak melihat dan tidak menyadari siapa pun yang datang kepadanya, kendati ia membuka matanya atau telinganya tidak pekak.
Kondisi seperti ini pernah dialami oleh Nabi Yahya bin Zakariya bahwa pada suatu hari beliau melintas di sebuah jalan, kemudian bertemu dengan seorang wanita. Tiba-tiba saja beliau mendorongnya sehingga wanita itu jatuh tertelungkup. Maka segera saja banyak orang yang memprotes tindakan tersebut. Namun dengan enteng saja beliau menjawab:
“Saya kira tembok.”
Begitu pula pada sauatu kesempatan Abdul Wahid bin Zaid ditanya:
“Adakah engkau mengenal seseorang yang mengalami istighraq?.”
“Aku hanya menjumpai seorang saja, kebetulan orangnya saat ini akan datang ke sini,” begitu jawab Abdul Wahid.
Sejenak kemudian datanglah seorang lelaki yang bernama ‘Atabah Al-Ghulam. Ketika itu pula Abdul Wahid mengatakan:
“Wahai ‘Atabah, dari mana saja kau pergi?.”
“Dari tempat di timur sana,” begitu jawab ‘Atabah.
Tempat yang ditunjukkan itu hanya memiliki satu jalan yang melintasi sebuah pasar. Kemudian Abdul Wahid bertanya lagi.
“Bertemu siapa saja ketika kau di perjalanan?.”
“Aku tidak bertemu siapa pun.”
Begitu aneh, orang satu pasar dikatakan bukan siapa pun.
■■■
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar