Pada abad ke XI dan XII boleh dikatakan seluruh kaum Muslimin ditimpa berbagai malapetaka yang melanda seluruh dunia Islam. Di Spanyol, ummat Islam menghadapi pergolakan bangsa negeri itu. Di Sicilia kaum Muslimin diusir dan disia-siakan begitu rupa oleh bangsa Normandia. Di Afrika Utara bangsa Barbar mengadakan pemberontakan pada bangsa Arab Muslim, sedangkan di Timur Tengah kaum Muslimin tengah menghadapi tentara Salib.
Berbagai kehancuran kaum Muslimin belum lagi terobati, kini muncul serangan bangsa Tartar yang berasal dari Mongolia. Bangsa ini telah berjaya meruntuhkan beberapa kota Islam yang ada di Asia sampai ke pusat pemerintahan Islam sendiri, di Baghdad.
Mongolia merupakan kawasan yang berbatasan dengan gurun Gobi yang membentang dari Asia tengah. Sedangkan di selatan berbatasan dengan Siberia (Rusia). Sebelah utara berbatasan dengan Tibet. Dan barat berbatasan dengan Mansuria, sedangkan timur berbatasan dengan Turkistan. Kawasan itu beriklim sangat dingin sehingga ketika musim dingin tiba dapat mencapai 60 derajat di bawah nol. Sebaliknya ketika musim panas akan sangat panas dan sering dilanda angin samum.
Kondisi seperti itulah yang banyak mempengaruhi sifat dan jiwa bangsa tersebut, baik mengenai tata cara hidup yang cukup biadab dan sering berpindah-pindah (nomaden) sebagaimana layaknya bangsa primitif yang lain. Di samping terbagi pada beberapa suku (klan), yang setiap suku mesti dikepalai oleh kepala suku, dan belum mengenal arti persatuan sebuah bangsa, sehingga suku yang lemah akan segera bergabung pada suku yang lebih kuat agar selamat dari kekejaman suku-suku yang lain.
Bangsa ini selalu memusuhi komunitas yang lain, terutama mereka yang bermukim di sekitar mereka, sebagaimana bangsa Cina dan lain-lain. Sedangkan mata pencaharian mereka terutama berburu dan menggembala. Mereka belum mengenal bercocok tanam, karena itulah mereka selalu berpindah tempat mencari padang rumput untuk menggembalakan ternak. Selain itu mereka juga gemar berperang dan merampas harta dan ternak bangsa lain. Dengan demikian untuk melangsungkan kehidupan, maka alternatif itulah yang harus dipilih, bahkan masih sering terjadi tindakan kanibal, terutama ketika mereka dapat membunuh musuh-musuhnya. Kondisi seperti ini masih berlaku menjelang penyerbuan mereka ke dunia Islam. Dengan demikian betapa dahsyatnya malapetaka yang menimpa kaum Muslimin dewasa itu.
Bangsa Tartar pada dewasa itu telah memiliki seorang pemimpin yang cukup tangguh, ia bernama Yasukai Bahadur yang mampu menundukkan seluruh suku-suku bangsa Tartar. Dan ia memiliki seorang putra, itulah Jenghis Khan yang bernama asal Temujin. Sejak mudanya oleh sang ayah telah diangkat sebagai putra mahkota yang kelak akan menggantikan kedudukannya. Namun sayang sekali setelah sang ayah wafat, seluruh daerah yang menajdi taklukannya telah berhasil melepaskan diri, bahkan seluruh kekuasaan sang ayah lenyap diperebutkan oleh musuh-musuhnya.
Dan ketika sang ayah wafat, Jenghis Khan masih berumur 13 tahun. Hal inilah yang menyebabkan Jenghis Khan tidak mampu untuk mempertahankan wilayah kerajaan sang ayah. Dan sejak itu Jenghis Khan hidup bersama ibu dan adik-adiknya yang masih kecil, dimana untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia harus berusaha keras dengan berburu di hutan. Apalagi memang ia begitu gemar berkelana untuk menambah pengalaman.
Dengan demikian berbagai pengalaman hidup telah banyak dilalui dari sejak mudanya. Dan ketika ia dewasa, segera saja segala kekuatan yang ketika itu masih berserakan dikumpulkan dan disusun dengan rapi sehingga kian hari namanya kian tersohor sehingga banyak suku-suku yang lemah segera bergabung dengannya agar mendapat perlindungan.
Makin lama pengikutnya semakin banyak dan kedudukannya makin kuat. Ketika itulah ia memulai untuk menundukkan suku-suku Tartar yang selama ini belum bergabung dengannya. Dan dengan segala kekuatannya pula ia mencoba memperluas daerah kekuasaannya sehingga pengaruh dan wilayahnya sampai ke Cina.
Pada tahun 1215, Cina Utara dibawah kekuasaan Kaisar Wai Wang, dimana sebelumnya kerajaan ini tidak pernah bermusuhan dengan ayah Jenghis Khan, namun ketika Jenghis Khan berkuasa, daerah itu segera menjadi lirikan nafsu ekspansinya.
Ketika Kaisar Wai wang mendengar serbuan tentara Jenghis Khan ini, segera saja ia mempersiapkan seluruh pasukannya, namun pada pertempuran yang menentukan, akhirnya tentara Jenghis Khan yang tampil sebagai pemenang sehingga dapat menguasai ibukota Cina, Peking pada tahun 1215 M. Dengan jatuhnya Peking ini seluruh rakyat Cina dapat ditaklukkan dan tunduk pada kekuasaan Jenghis Khan.
Di Huwarizimiah, yang ketika itu dibawah sultan Muhammad, dimana kekuasaannya membentang dari Persia sampai ke utara Afghanistan sehingga di utara berbatasan dengan kekuasaan Jenghis Khan. Padahal Jenghis Khan sendiri sangat bernafsu untuk memperluas kerajaannya. Hal inilah yang menyebabkan kerajaan ini langsung berhadapan dengan kekuasaan Jenghis Khan.
Di samping itu memang Sultan Muhammad sangat berambisi memperluas kekuasaannya sehingga diharapkan dapat menaklukkan pusat kekuasaan Islam di Baghdad. Tindakan Sultan Muhammad ini sebenarnya dapat kita benarkan juga, sebab kalau sedikit saja ia teledor dalam ekspansi tersebut, ia pun pasti akan didahului dan dicaplok oleh keajaan di sekitarnya.
Namun banyak pula para ahli sejarah yang menyalahkan langkah tersebut, apalagi setelah baginda berhasil menaklukkan daerah suku Qaharatun di tahun 1210 M dan segera memasukkan wilayah itu dalam kekuasaannya sehingga langsung berbatasan dengan wilayah Jenghis Khan. Padahal jika saja Baginda tidak mencaplok wilayah itu, tentulah kerajaannya masih terhalang dengan wilayah Qaharatun.
Namun baik baginda menganeksasi wilayah Qaharatun atau pun tidak, suatu saat Jenghis Khan tetap akan mencaplok wilayah Huwarizimiah karena memang ketika itu ia merasakan sebagai kekuatan yang sangat tak ada duanya. Dan ia tahu benar tentang berbagai kekayaan kerajaan-ketajaan Islam di Timur, hanya saja ia menunggu saat yang tepat untuk menggempur kawasan-kawasan tersebut.
Dengan demikian pencaplokan daerah suku Qaharatun merupakan penyebab utama penyerbuan Jenghis Khan ke berbagai wilayah Islam, kendati pun pada sebelumnya antara kedua kerajaan itu telah mengadakan perjanjian persahabatan dan akan diadakan pertukaran barang perniagaan antara kedua belah pihak.
Yang menjadi pangkal mamanasnya hubungan keduanya yaitu karena adanya kesalahpahaman yang dimulai ketika Jenghis Khas mengutus tiga utusan dagang. Dua orang dari utusan itu dibunuh oleh sultan Muhammad yang diperkirakan sebagai mata-mata Jenghis Khan, di samping sultan Muhammad ingin menunjukkan kehebatannya di hadapan Jenghis Khan. Sayang perkiraaan itu meleset, dikira Jenghis Khan akan takut. Bahkan tindakan sultan itu telah menyulut geram Jenghis Khan, sehingga dengan segera ia mempersiapkan pasukannya untuk menghajar dan membalas perlakuan sultan tersebut.
Dalam penyerbuan ini Jenghis Khan tidak lupa mempersiapkan keempat putranya untuk memimpin pasukan yang dibagi menjadi empat batalion. Kedua putra yang bernama Oktay dan Jugtay diperintahkan untuk menggempur kota Atrar. Sedangkan Joji selaku putra tertua diperintahkan menggempur berbagai kota yang terletak di sepanjang sungai Saihun, termasuk kota Jundi. Sedangkan pasukan yang lain di bawah kepemimpinan Jenghis Khan dan putranya yang bungsu bernama Toloy, mereka diarahkan ke kota Bukhara dan sekitarnya.
Akan halnya kota Atrar merupakan kota pertama yang menjadi sasaran pertama prajurit Tartar karena merupakan kota terdepan di samping penduduknya sebagai penyebab kerusuhan antara kedua pasukan. Walikota Atrar yang bernama Ainal Khan merupakan saudara sepupu sultan Muhammad, dimana ketika ia mendengar serbuan tentara Tartar, segera saja ia mengadakan pertahanan dan persiapan sekuat kemampuan.
Segera saja kota itu diserbu selama lima bulan, dimana ketika persiapan logistik pendudsuknya telah habis maka mereka segera menyerah dengan syarat tentara Tartar memberi perlindungan. Namun sayangnya syarat tersebut tidak ditepati. Bahkan ketika bangsa Tartar itu telah memasuki kota Atrar segera saja mereka mengadakan pembunuhan biadab secara massal, kemudian harta benda mereka dibinasakan. Seluruh apa pun yang ada segera diratakan dengan tanah tanpa bersisa. Kota yang tadinya berdiri dengan megah, kini telah menjadi puing-puing yang mengundang tangis dan ratapan.
Pada arah yang lain, pasukan Tartar dibawah komando Joji diperintahkan untuk menaklukkan kota Jundi dan kawasan di sekitar sungai Saihun. Maka ketika bangsa Tartar ini menyerbu kota tersebut, banyak yang menegakkan prinsip untuk menahan serangan itu sampai titik darah penghabisan. Sebagian lagi mengatakan akan menyerah saja. Namun di kawasan kota, seluruh penduduk mengadakan pertahanan dengan gagah berani sehingga gerak tentara Tartar mendapatkan kesulitan karenanya.
Akhirnya mereka mengadakan pengepungan yang cukup lama dimana kaum Muslimin telah menunjukkan kesabaran dan keberaniannya dalam mempertahankan kota tersebut. Pada akhirnya banyak tentara Islam yang melarikan diri sehingga penduduk kota itu terpaksa menyerahkan diri dan meminta perlindungan tentara Tartar disertai penyerahan kota tersebut.
Tak terbantahkan lagi, ternyata nasib penduduk kota Jundi tidak berbeda dengan penduduk kota Atrar, semuanya dibinasakan tanpa kecuali. Namun masih didapatkan beberrpa orang yang kekar guna mengangkut segala perlengkapan perang pasukan Tartar beserta harta rampasan perang yang diperoleh dari penduduk.
Pada sektor yang lain, Jenghis Khan dengan dibantu oleh Toloy memimpin pasukan untuk menaklukkan Bukhara. Dan ketika sampai di Bukhara yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dengan para ulamanya yang terkenal itu segera dikepung dari segala arah.
Maka ketika tentara Tartar telah memasuki kota, seluruh penduduknya segera bersepakat untuk menyerah saja, mengingat kebrutalan dan kekuatan Jenghis Khan memang tidak tertandingi. Untuk menyerahkan kota itu, seluruh ulama dan para pembesar menghadap sendiri di depan jenghis Khan dengan harapan akan mendapatkan perilaku yang wajar, terutama untuk menyelamatkan jiwa dan harta kaum Muslimin. Namun setelah Jenghis Khan berhasil menguasai kota tersebut, seluruh penduduk diperintahkan untuk mengumpulkan hartanya di masjid-masjid. Dan ternyata perintah itu dilaksanakan mereka dengan taat. Namun kemudian seluruh penduduk segera diusir ke perbatasan kota. Dan sesampainya di sana mereka dikumpulkan, kaum lelakinya dalam kelompok tersendiri, dan kaum wanita pada kelompok yang lain.
Kaum lelaki yang tampak kekar segera dibagikan di antara pasukan Tartar untuk menjadi budak. Sedangkan kaum wanita dibagi-bagi sesama mereka. Selanjutnya kaum wanita Bukhara itu diperkosa di hadapan kaum lelakinya yang hanya mampu menumpahkan kesedihan itu dengan linangan air mata. Kemudian seluruh penduduk kota dibinasakan tanpa terkecuali dan seluruh isi kota dibakar hangus sehingga kota yang dahulunya terkenal sebagai pusat peradaban, kini hanya berupa puing dan onggokan abu. Tidak luput pula berbagai kitab hasil pemikiran selama berabad-abad dihancurkan dalam sekejap mata. Itulah sebuah tragedi kota Bukhara.
Selanjutnya mereka meneruskan kebiadabannya di kota Samarkand. Kota ini merupakan gerbang kedua setelah Bukhara dalam bidang ilmu pengetahuan dan beradaban Islam. Pada mulanya Jenghis Khan memerintahkan para tawanan untuk maju ke depan.
Kemudian pasukan Jenghis Khan di bagi pada beberapa divisi, dimana setiap divisi diberi bendera perang agar tampak banyak dalam pandangan mata. Seluruh penduduki Samarkand bertekad untuk mempertahankan kotanya dengan segala kemampuan yang ada, dimana hal ini sempat membuat panik Jenghis Khan karena melihat banyaknya penduduk yang maju ke medan laga.
Karena itu Jenghis Khan segera memerintahkan sebagian pasukannya untuk bersembunyi di perbatasan kota. Sedangkan pasukan inti diperintahkan untuk maju ke depan. Dalam pertempuran ini pasukan inti dapat dipukul mundur oleh penduduk Samarkand. Kemudian mereka pura-pura melarikan diri untuk menjebak pasukan Islam yang mengejar dari belakang.
Dan ketika seluruh penduduk telah mengejar pasukan inti maka pasukan Jenghis Khan yang bersembunyi itu segera muncul mengepung pasukan Islam. Maka kocar-kacirlah tentara Islam dan berakhir dengan kekalahan. Kemudian Jenghis Khan memerintahkan seluruh penduduk untuk mengumpulkan persenjataan dan harta benda menjadi satu, kemudian kesemuanya dibagi-bagikan pada tentara Jenghis Khan, lantas seluruh penduduk dibinasakan semuanya. Dan kota Samarkand pun segera menjadi lautan api dalam beberapa hari sehingga hancur musnah tiada bersisa.
Jumlah penduduk Samarkand yang terbunuh dalam pembantaian itu diperkirakan 50.000 orang termasuk anak kecil dan para wanita. Sedangkan kaum lelaki yang masih kuat segera ditawan untuk membantu keperluan pasukan Jenghis Khan.
Dengan runtuhnya dua kota Muslim yang ternama itu berarti berbagai benteng kerajaan Huwarizimiah telah tumbang seluruhnya. Selanjutnya Jenghis Khan menuju pusat kerajaan sultan Muhammad di Khurasan. Maka ketika sultan malang itu mendengar kedatangan pasukan Jenghis Khan, ia segera melarikan diri dari sebuah kota ke kota yang lain dengan terus dibuntuti oleh pasukan Jenghis Khan. Akhirnya ia terpaksa menyeberangi laut Qazwin menuju sebuah pulau dengan para pengikutnya yang masih setia. Di sanalah ia terbunuh pada tahun 1220 M.
Dengan mangkatnya sultan Muhammad ini seluruh kekuasaannya langsung di bawah kendali Jenghis Khan. Namun beberapa lama kemudian kedudukan sultan segera digantikan oleh putranya yang bernama Jalaluddin Mankebirti. Munculnya sultan baru ini membuat Jenghis Khan marah besar. Segera saja si raja tega tersebut mempersiapkan prajuritnya untuk menyerbu pusat kerajaan. Tidak tanggung-tanggung jumlah prajurit yang dikerahkan, mereka tidak kurang dari seratus ribu orang. Pada mulanya Jenghis Khan mengirim sedikit pasukan perintis yang ke daerah-daerah yang ditaklukkan agar dikira oleh kaum Muslimin bahwa prajurit Jenghis Khan hanya sedikit. Sehingga ketika kaum Muslimin menghadapi pasukan yang hanya sedikit itu, mereka bersemangat untuk menumpas seluruhnya. Ketika itulah pasukan itu segera melarikan dairi dari kejaran kaum Muslimin dengan tujuan akan menjebak mereka jika saja telah menjauh dari pemukiman. Dan ketika itu pula seluruh kekuatan Jenghis Khan yang masih bersembunyi segera keluar untuk menghancurkan pasukan Islam. Serangan mendadak ini manjdikan pasukan Islam bercerai berai, banyak yang terbunuh dan tertawan.
Selanjutnya seluruh pasukan Jenghis Khan di bawah panglima Joji diperintahkan untuk menuju kota Jurjan. Di sana seluruh penduduk segera diperintahkan untuk menyerah dan mereka akan dijamin keselamatannya. Namun janji yang diberikan panglima itu tidak dihiraukan oleh penduduk, mereka tidak percaya terhadap janji yang keluar dari mulut orang kafir. Malah mereka tetap bertahan dalam benteng-benteng kota.. Menghadapi kondisi sedemikian itu panglima Joji segera membuka tanggul sungai Jaihun sehingga menenggelamkan kota Jurjan. Dengan siasat ini seluruh penduduk kota baru mau menyerah. Hal inilah yang membuat panglima tersebut begitu geram sehingga kota Jurjan segera dihancurkan beserta para penduduknya dengan tanpa kecuali. Pembunuhan massal ini dilakukan di tanah lapang dengan menebas setiap kepala kaum Muslimin. Kemudian tulang belulangnya dikumpulkan menjadi tiga onggokan besar. Satu bagian merupakan onggokan belulang kaum wanita, satu lagi onggokan kaum pria dan satunya lagi berupa tumpukan belulang anak-anak kecil.
Selanjutnya tampuk panglima segera dialihkan ke tangan Toloy untuk menggempur Naisabur. Kota ini merupakan pusat peradaban Islam di Asia setelah Baghdad dan Damaskus, disamping mengandung berbagai kekayaan yang tiada ternilaikan.
Panglima Toloy datang ke kota ini setelah berhasil merebut kota Morou dengan kemarahan yang meluap-luap, sebab pada masa yang lalu penduduk kota ini telah membunuh kepala pasukan Tartar yang di utus Toloy ke kota tersebut. Ketika itulah seluruh penduduk segera minta diadakan perdamaian dengan menyerahkan kota tersebut dengan syarat penduduknya dijamin keamanannya.
Namun permintaan ini segera ditolak Toloy yang sangat bernafsu membalas dendam atas kematian utusannya. Tepat pada tanggal 10 Safar 618 H. (1221 M) tentara Tartar mengadakan pembunuhan besar-besaran atas seluruh penduduk kota Naisabur yang diserang dari berbagai penjuru, kendati penduduk kota itu tidak mengadakan perlawanan. Bahkan sampai binatang piaraan pun dimusnahkan, kemudian tulang-belulangnya dikumpulkan menjadi sebuah onggokan. Dan seluruh isi kota itu dihancurkan sehingga berbagai bekas peradaban kaunm Muslimin tidak dapat dikeali lagi.
Dengan runtuhnya kota Naisabur ini berarti seluruh daerah kerajaan Huwarizimiah telah jatuh ke tangan tentara Tartar. Dan setelah itu barulah Jenghis Khan memutuskan untuk kembali ke negerinya tersebab mendengar berbagai pemberontakan di daratan Cina dan beberapa tempat lain untuk memisahkan diri dari pengaruh kerajaan pusat.
Setelah beberapa waktu kemangkatan Jenghis Khan, akhirnya tampuk kerajaan dipegang oleh Kublai Khan dengan panglimanya yang sangat terkenal, itulah Hulagu Khan. Program utama Kublai Khan adalah meneruskan penaklukan yang pernah dirintis oleh Jenghis Khan. Sehingga ketika ia telah naik tahta, segera saja dikirimkan pasukannya di bawah Hulagu Khan ke Persia untuk menumpas kaum Syi’ah Ismailiah.
Maka terjadilah pertempuran hebat antara bangsa Mongolia dan Syi’ah Ismailiyah, dimana pada kesempatan itu Hulagu segera berkirim surat pada khalifah Abbasiyah meminta bantuan tentara untuk menumpas kaum Syi’ah tersebut.
Permintaan itu ditanggapi dengan penuh kebijaksanaan, di samping Khalifah mengkhawatirkan jangan-jangan tindakan itu sebagai siasat licik, dimana setelah kerajaan Abbasiyah ditinggalkan tentaranya, maka Hulago akan segera menyerbunya. Tegasnya khalifah Baghdad menolak permintaan tersebut sehingga oleh Hulagu Khan dijadikan alasan tidak mau membantu tentara Tartar.
Maka ketika tentara Tartar telah berhasil menumpas kaum Syi’ah, Hulagu segera mengirim surat ancaman pada khalifah. Dalam surat itu khalifah dipersalahkan atas penolakan bantuan tersebut sehingga khalifah diminta dengan segera agar menghadap pada Hulagu untuk meminta maaf, kemudian Hulagu minta agar khalifah menghancurkan seluruh benteng di sekitar Baghdad.
Ketika khalifah menerima surat ancaman yang kasar itu, dia pun segera menjawab dengan kasar pula, malah ditantang untuk berlaga. Dengan adanya tantangan itulah Hulagu memerintahkan pasukannya untuk mengepung kota Baghdad dari segala penjuru. Pengepungan itu berlangsung selama sebulan, dimana khalifah sendiri aktif mengadakan perlawanan. Namun sebagian besar pasukan khalifah banyak yang syahid, sedangkan tentara Tartar begitu gencar merobohkan berbagai benteng di sekitar kota Baghdad.
Dan ketika kondisi semakin buruk, khalifah segera mengadakan perundingan dengan Hulagu. Akhirnya dalam perundingan itu Hulagu meminta agar seluruh penduduk kota Baghdad berkumpul di luar kota, dengan alasan mereka akan dipindahkan ke Syam atau Mesir. Dan Hulagu meminta pada khalifah agar membuka gerbang kota Baghdad dan seluruh tentara Islam dilucuti senjatanya, kemudian diperintahkan untuk berkumpul dengan syarat akan dijamin keamanannya.
Setelah semua itu dilaksanakan oleh khalifah, maka Hulagu segera memerintahkan prajuritnya untuk membinasakan seluruh penduduk dan prajurit yang berkumpul di luar kota itu. Selanjutnya Hulagu pun memasuki kota Baghdad dengan tanpa mendapat perlawanan.
Dalam kesempatan itulah Hulago melampiaskan kebuasannya. Dimana ketika telah memasuki kerajaa, ia segera memerintahkan untuk membawa sang klhalifah yang telah ditawan itu ke hadapannya seraya mengatakan:
“Sekarang kami telah berada dalam istanamu sebagai tamu, sedangkan kamu adalah tuan rumah. Maka sekarang aku minta jamuan kepadamu!”.
Permintaan ini segera diperkenankan oleh khalifah dengan perasaan sedih yang tidak bisa dilukiskan lagi sehingga ia lupa dimana menyimpan kunci gudang. Karena itulah ia segera memerintahkan para pengawal istana untuk merusak semua kunci gudang agar bisa dibuka dengan paksa.
Dan setelah seluruh isi gudang itu dikeluarkan, khalifah segera memberikan hadiah dua ribu pakaian dan 10.000 dinar dan berbagai permata ratna mutu manikam kepada Hulago dan para prajuritnya. Ketika itu Hulago mengatakan:“Harta yang kamu berikan kepada kami, seluruhnya berasal dari muka bumi yang sangat mudah untuk dijangkau. Dan semua itu akan menjadi bagian tentara kami. Sekarang aku minta untuk menunjukkan simpanan harta karunmu!”.
Dalam keadaan kritis ini khalifah mengaku bahwa simpanan hartanya berada di dalam kolam yang berada di bawah istana. Maka ketika kolam itu digali segera didapatkan beberapa puluh peti yang berisi berbagai simpanan berharga dan keping-keping emas lantakan. Setiap peti yang berisi batangan emas murni itu ketika ditimbang beratnya mencapai 100 kg.
Kemudian Hulagu segera memerintahkan untuk menghitung seluruh harta benda khalifah, lantas dikumpulkan pada suatu tempat sebagai rampasan. Setelah itu Hulago memerintahkan pasukannya agar segera melaksanakan pembunuhan massal dan membakar kota Baghdad selama beberapa hari.
Seluruh bangunan megah dan masjid-masjid, perpustakaan dan berbagai gedung lainnya segera menjadi bara sehingga Baghdad yang dulunya merupakan kota impian, kini hanya tinggal puing-puing yang memilukan.
Beberapa waktu kemudian, Hulago memerintahkan untuk menghentikan pembunuhan massal tersebut. Ketika itulah sebagian orang yang masih hidup mencari jalan keluar dengan melewati lorong-lorong, kuburan-kuburan dan berbagai tempat persembunyian mereka, yang seolah-olah keluar dari liang kubur. Karena melihat sekelilingnya yang amat mengerikan sehingga mereka tidak lagi mengenal dengan yang lain tersebab kehilangan anggota keluarganya masing-masing.
Hulago pada akhirnya memenjarakan khalifah dan keluarganya barang beberapa hari, kemudian memerintahkan untuk menghadap kepadanya. Ketika menghadap inilah khalifah meminta makan karena beberapa hari perutnya belum terisi makanan apa pun. Segera saja Hulagu memerintahkan pelayan untuk membawa sebuah mangkuk yang berisi potongan-potongan emas kemudian menyuruh khalifah naas ini untuk memakannya. Ketika itulah khalifah mengatakan:
“Apakah mungkin seseorang dapat menelan emas?,”begitu protes khalifah.
“Kalau kamu tahu,”jawab Hulagu, “Bahwa tidak seorang pun yang dapat menelan emas, mengapa kau menimbun harta raktyatmu?.”
“Itu semua telah berjalan sesuai dengan takdir Allah,” sergah khalifah.
“Kalau demikian apa yang akan menimpa dirimu juga atas takdir Allah,” sahut Hulagu.
Selanjutnya klhalifah digiring menuju suatu tempat untuk menjalani hukuman. Kemudian diikat dan dibaringkan di atas tanah, lantas Hulagu memerintahkan seorang tentara penunggang kuda untuk menginjak-injaknya sampai mati. Sebab menurut adat bangsa Tartar, mereka dilarang untuk menumpahkan darah seorang raja.
Jumlah korban kebiadaban tentara Mongol ini diperkirakan tidak kurang dari 800 ribu nyawa, termasuk jumlah tentara dan penduduk sipil.
Dengan runtuhnya kota Baghdad ini dunia Islam betul-betul mengalami nasib yang amat tragis. Peristiwa seperti itu belum pernah terjadi dalam sejarah Islam. Padahal Baghdad merupakan kota yang sejak semula telah memegang peranan penting dalam memimpin dunia Islam, kendati pun kemasyhurannya kala itu telah mulai menurun, karena kerajaan-kerajaan Islam yang lain telah banyak bermunculan, namun kaum Muslimin tetap menganggap Baghdad sebagai ibukota mereka dewasa itu.
Keruntuhan ini disambut gembira oleh setiap musuh Islam, terutama dari kalangan Nasrani Byzantium dan Eropa. Banyak pula dari pemuka-pemuka agama Nasrani yang mengirim ucapan selamat kapada Hulagu. Dengan keruntuhan daulat Abbasiah yang telah dibangun kaum Muslimin selama lima abad, berarti hancur pula peradaban manusia kala itu. Sebab peradaban yang paling maju selain di Spanyol (Kordoba) adalah di Baghdad.
Keberhasilan Hulagu Khan menaklukkan kerajaan Abbasiah menjadikan dirinya semakin rakus untuk menguasai daratan Syam dan mesir. Pada masa itu yang berkuasa di Syam terdiri dari tiga golongan, diantaranya bangsa Armenia, tentara Salib dan kaum Muslimin. Ketika ummat Nasrani telah mengetahui kemenangan Hulago Khan di Baghdad, mereka segera mengadakan hubungan diplomati. Dengan demikian ketika tentara Tartar bergerak menuju Syam, ummat Nasrani hanya melihat saja. Bahkan menganjurkan Hulagu agar segera menguasai daerah Syam yang berada dalam genggaman kaum Muslimin.
Dalam hal ini yang paling diuntungkan adalah raja Bahemond dan Kaisar Heitom, dimana keduanya berusaha memperalat isteri Hulago yang bernama Dukaz Hatun untuk membakar semangat Hulago agar segera menuruskan cita-citanya menguasai Syam.
Pada pertengahan bulan Ramadhan 6571 H.( 1259 M.) tentara Tartar mulai bergerak dari Azerbaijan menuju ke Syam. Pada awalnya mereka mengadakan serangan kecil-kecilan di daerah sekitar Syam. Selanjutnya menuju kawasan Miafarkain. Daerah ini dikuasai oleh seorang sultan dari keluarga Ayyub yang bernama Malikul Kamil.
Sebab-sebab penyerangan ini antara lain karena sultan Malikul Kamil membunuh seorang pendeta Nasrani yang membawa surat sebagai utusan bangsa Tartar. Maka setelah prajurit Hulagu sampai pada kota Miafarkain, Hulagu segera mengirim surat ancaman pada sultan tersebut. Dalam surat itu Hulagu memerintahkan agar sultan segera menyerahkan kekuasaannya pada Hulagu. Ancaman ini ditanggapi sultan dengan tindakan membakar semangat rakyatnya untuk bertempur sampai titik darah penghabisan:
“Aku tidak pernah menimbun emas dan perak serta benda-benda berharga lainnya untuk kepentingan diriku sendiri, bahkan seluruh harta kerajaan telah aku bagi-bagikan kepada kalian semuanya (rakyat). Aku bukan sebagaimana khalifah Mu’tashim yang bakhil kepada rakyat dan menyimpan harta kerajaan untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian aku minta agar kalian berjuang bersamaku untuk membela negeri ini”.
Pidato ini betul-betul menggugah kesadaran seluruh lapisan rakyat sehingga bersedia untuk berperang bersamanya. Kemudian ia tuliskan surat untuk menentang kehendak Hulagu. Maka segera saja Hulagu mengirimkan prajuritnya di sekitar kota Miafarkain. Dan memerintahkan untuk mengadakan pengepungan terhadap kota tersebut dari segala penjuru.
Selama dalam pengepungan, kaum Muslimin menunjukkan keberaniannya sehingga banyak tentara Tartar yang trewas. Hal inilah yang menambah geram Hulago. Maka setelah kota itu dapat dikuasai, seluruh penduduk dibinasakan dan mayat-mayat mereka dicincang semuanya.
Selanjutnya tentara Tartar bergerak menuju kota Maridin, dimana penduduk kota itu mengadakan perlawanan yang cukup kuat seghingga pengepungan ini berlangsung selama 8 bulan. Pengepungan dilanjutkan ke kota Nasibain dan berbagai kota lain di Syam.
Dan setelah semuanya dianggap memuaskan, mereka lantas bergerak menyerbu kota Aleppo dan Damaskus dengan bantuan Kaisar Heitom dan Kaisar Bohemond. Sebelum memasuki Aleppo, Hulagu mengirim surat ancaman pada sultan Tauran Syah agar menyerahkan kota itu dengan jalan damai. Namun permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh seluruh penduduk Aleppo.
Maka segera saja Hulagu mengepung korta tersebut cukup lama. Kendati pun demikian para penduduknya tetap tidak mau memperturutkan kehendak Hulagu. Maka prajurit Tartar pun segera diperintahkan untuk menghujani kota tersebut dengan manjanik (batu berpijar) selama tujuh hari sehingga penduduknya terpaksa menyerah.
Ketika Hulagu menerima penyerahan kota itu, ia pun memerintahkan untuk membantai seluruh penduduk kota beserta harta bendanya tanpa kecuali, sehingga sebagian besar penduduk tidak ada yang selamat. Dalam kesempatan tersebut kaisar Heitom ikut berpartisipasi membakar masjid-masjid jami’.
Selanjutnya Tentara tartar bergerak mengepung kota Hims. Dalam kota ini Hulagu tidak mendapatkan perlawanan karena mereka segera menyerah memperturutkan kehendak Hulagu. Kemudian bergerak menuju Danmaskus, namun sebelum memasuki kota tersebut, tentara Tartar dikejutkan oleh berita kematian pimpinan pusat (Kublai Khan). Maka ia segera berangkat ke Mongolia untuk mencegah pemberontakan dalam negeri.
Sebagai gantinya ia mengangkat panglima Kitubuka Khan untuk meneruskan penaklukan daerah Syam dan Mesir dengan bekal tentara sejumlah 10.000 orang. Kepulangan Hulagu inilah yang menimbulkan semangat kaum Muslimin untuk bangkit memberontak terhadap Kitubuka. Sehingga segera saja timbul berbagai pemberontakan melawan bangsa Tartar.
Dalam kesempatan itu di kota Sidon (Libanon) seorang pendeta Nasrani berani membunuh seorang panglima yang menjadi sepupu Kitubuka Khan. Atas pembunuhan ini Kitubuka segera mengirimkan tentaranya untuk menghajar penduduk Sidon. Dengan kejadian ini berakhirlah pershabatan kaum Nasrani dengan tentara Tartar.
Di kala dunia Islam dilanda ketakutan dan keputusasaan oleh keganasan bangsa Tartar karena hampir sebagian besar kerajaan Islam telah ditumbangkan mereka, kini hanya tinggal Mesir yang belum ditaklukkan mereka. Namun setelah mereka menaklukkan Syam, penyerbuan akan segera dilanjutkan ke Mesir. Untuk maksud itu mereka lebih dahulu menaklukkan Gaza.
Dengan demikian kekuasaan pasukan Tartar kini telah berdampingan dengan wilayah kekuasaan Mamalik di Mesir yang dipimpin oleh sultan Qataz. Ia merupakan seorang raja yang arif dan pemberani sehingga sangat disegani oleh rakyat dan bawahannya.
Ketika sultan Qataz menerima surat ancaman dari Kitubuka, segera saja ia mengadakan perundingan mengenai segala langkah yang perlu segera direalisasi dengan para bawahannya. Pada umumnya pendapat para bawahan mengatakan bahwa mereka tidak akan menyerah, malah akan mengadakan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Namun sebagian lagi ada yang merasa takut dan enggan untuk berjihad. Golongan ini mendukung agar sultan tidak mengadakan perlawanan. Pada akhirnya sultan lebih memilih pendapat yang pertama, yakni akan berjuang sampai ajal menjemput nyawanya di jalan Allah.
Sultan Qataz kemudian memberangkatkan pasukan Muslim untuk menyongsong serbuan tentara Tartar tersebut yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan pasukan perintis dibawah panglima Bibiris, sedangkan kelompok kedua di pimpin oleh sultan sendiri.
Pasukan pertama segera dikirim menuju Palestina yang disambut sukacita oleh kaum Nasrani dengan memberikan jalan pada pasukan ini melewatui daerahnya. Maka bertemulah mereka dengan tentara Tartar sehingga terjadi pertempuran sengit di mana kemenangan berakhir di pihak kaum Muslimin.
Pasukan Muslim terus diarahkan ke daerah Akka yang berada di bawah kekuasaan tentara Salib. Ketika itu ummat Nasrani banyak yang memberi dukungan moral kepada tentara Islam sehingga menjadikan semangat tempur kaum Muslimin begitu mengagumkan dengan tanpa mendapatkan kesulitan apa pun.
Sikap kaum Nasrani yang sedemikian itu dikarenakan mereka berharap dapat memukul dua musuh dengan satu senjata, yakni kaum Muslimin dan bangsa Tartar itu sendiri. Mereka ingin menghukum bangsa Tartar dengan senjata kaum Muslimin, begitu juga sebaliknya, ingin menghukum kaum Muslimin dengan senjata bangsa Tartar. Sehingga dalam situasi apa pun mereka diuntungkan.
Pasukan dari Mesir ini segera bergabung dengan prajurit Islam yang datang dari Syam di dekat kota Akka. Pada kesempatan itu mereka segera mengadakan musyawarah mengenai siasat yang akan diterapkan dalam pertempuran. Tidak tertinggalkan sultan Qataz pun membakar semangat tentara Islam untuk menjunjung tinggi agama Allah dengan tekad bulat.
Tepat pada tanggal 15 Ramadhan 6581 H.(1260 M.) di tempat yang bernama Ain Jalut pasukan Tartar yang dibantu oleh Kaisar Heitom bertempur melawan pasukan Islam dari Mesir dan Syam. Di saat itu barulah sultan Qataz mengetahui bahwa prajurit Islam ternyata sangat sedikit dibanding prajurit Tartar.
Agar tidak mengalami kekalahan fatal, ia segera menyembunyikan sebagian tentaranya di atas bukit yang terdekat. Sedangkan yang diperintahkan maju ke medan perang hanya pasukan perintis yang dipimpin oleh panglima Bibiris.
Ketika panglima Kitubuka melihat tentara Islam yang hanya sedikit itu, ia segera mengerahkan segala kekuatannya untuk menghajar mereka. Pasukan Islam segera menjulurkan siasatnya, mereka pura-pura melarikan diri sehingga kaum Tartar semakin ganas dalam mengejar. Setelah pasukan Tartar jauh mengejar, maka sultan Qataz beserta seluruh prajurit segera mengepung mereka dari tiga jurusan.
Dalam peperangan ini sultan Qataz sendiri yang maju ke medan sebagai panglima tertinggi. Ia telah menunjukkan keberanian dan ketangkasannya yang membuat prajurit Islam terinspirasi sikap heroik tersebut sehingga kaum Muslimin mendapatkan kemenangan yang membanggakan. Akhirnya tentara Tartar sebanyak itu dapat dipukul mundur dan kocar-kacir.
Kekalahan pasukan Tartar ini merupakan nasib buruk yang pertama sejak mereka menyerbu ke dunia Islam, dimana selama ini kaum Muslimin selalu menjadi bulan-bulanan dalam menghadapi serbuan mereka yang amat ganas. Kekalahan ini sekaligus mengakhiri kebuasan bangsa Tartar dalam menghancurkan dunia Islam.
Pada umumnya ummat Islam mengakui bahwa serbuan bangsa Tartar yang meluluhlantakkan seluruh sektor kehidupan itu merupakan siksaan dan hukuman Allah yang ditimpakan kepada ummat Islam yang selama itu begitu dimabuk kehidupan dunia sehingga kehidupan mereka menjauh dari tujuan Allah dalam menciptakan mereka.
Sebenarnya semua itu tidak lepas dari peringatan Sang Maha Pengasih kepada rakyat Muslim agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya, Sehingga mau tidak mau perilaku mereka harus mencerminkan sikap seorang mukmin, jika saja masih mengharap rahmat dan pertolongan Yang Maha Kuasa.
Akan lain dengan negeri yang penduduknya non Muslim, dimana perilaku mereka tidak perlu terikat pada norma-norma atau pun kaidah yang digariskan Allah. Malah ketika perilaku mereka bertambah kafir, Allah akan membukakan segala pintu kenikmatan duniawi, mengingat mereka tidak akan lagi mendapatkan kenikmatan ukhrawi.
Inilah yang dinamakan istidraj, yakni sebuah sikap jengkel Allah, dimana pada akhirnya ketika murka Allah telah mengkristal, mereka akan menanggung pedihnya siksa yang selama ini tertahan. Pengetahuan seperti ini tidak lepas dari mencermati apa yang tertera dalam firman-Nya bahwa ketika orang-orang mukmin itu telah menjauh dari-Nya dengan berbagai perilaku yang mengundang murka, tidak pelak lagi Allah akan mencerabut segala berkah yang pernah diturunkan kepada sebuah bangsa. Periksa firman Allah ketika mensinyalir perilaku orang-orang mukmin:
Seumpama penduduk suatu negeri itu sungguh-sungguh beriman dan bertakwa, tentulah akan Kami bukakan (kucurkan) segala berkah dari langit dan bumi. Namun kebanyakan mereka mendustakan (kepada-Ku). Dari sebab itu mereka Kami siksa tersebab ulah mereka itu. (Al-A’raf: 95).
Kemudian periksa pula sikapAllah terhadap orang-orang kafir:
Maka tatkala mereka melupakan (tidak menggubris) peringatan yang disampaikan kepada mereka, Kami pun segera membukakan berbagai pintu kesenangan untuk mereka, sehingga ketika mereka begitu membanggakan dengan apa yang telah kami kucurkan kepada mereka, segera saja mereka Kami siksa dengan mendadak. Seketika itu pula mereka terdiam berputus asa (Al-An’am: 44).
Setelah mencermati kedua ayat tersebut, sekarang menjadi jelas bahwa untuk menggapai kemakmuran negeri Muslim yang tercabik-cabik itu, tiada lain harus merangkai lagi keimanan dan ketakwaan yang dirasakan makin meregang. Kemudian kita tidak perlu gagap dengan kemajuan dalam berbagai bidang yang dinikmati oleh negeri-negeri non Muslim. Sunnatullah memang demikian, dimana ketika perilaku mereka bertambah kafir dan bertambah zhalim, maka Allah malah menambahkan berbagai kesenangan mereka.
Konklusinya, kita tidak perlu meniru gaya hidup orang-orang kafir yang asyik menggeluti kenikmatan duniawi dengan tanpa batas. Itu memang bagian mereka, dimana jika kita meniru-niru, akibat yang kita dapatkan malah lain dan tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mereka menapak suatu jalur yang berlainan dengan jalur kita. Utamanya, ternyata keganasan serbuan musuh hanya dapat ditangkis dan dibendung dengan adanya persatuan ummat Islam itu sendiri sehingga kondisi seperti itu lebih dekat untuk menggapai pertolongan Allah dalam menghadapi segala jenis upaya yang dirangkai orang-orang kafir.
■■■
Kamis, 07 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hmm.
BalasHapus