Yahudi, memang bangsa paling berbahaya bagi perkembangan Islam. Itu sejak lahirnya Islam sampai kini. Betapa mereka selalu menyusupkan perpecahan dan kelemahan di tubuh Islam sehingga khalifah ke tiga, yakni Utsman bin Affan selaku menantu Rasulullah memegang tampuk kekuasaan menjadi korban kebiadaban mereka. Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi Madinah telah berhasil memprovokasi penduduk Mesir, Kufah dan Bashrah. Mereka akhirnya terbakar dengan provokasi itu sehingga berangkat berbondong-bondong menuju kediaman khalifah dan berhasil memanjat tembok rumahnya. Pada akhirnya setelah terjadi dialog panjang, mereka pun membunuh khalifah yang sedang puasa dan membaca Al-Qur’an. Sebuah tragedi yang telah membelah dunia Islam di bulan Dzil Hijjah, tahun 35 H.
Ketika rumah khalifah Utsman bin Affan telah dikepung oleh para pemberontak, maka Abdullah bin Salam bertandang ke rumahnya untuk sekedar mengucapkan salam padanya. Ketika itulah Utsman mengatakan :
“Marhaban, “kata Utsman”, betapa bahagia berjumpa denganmu, wahai saudaraku. Tadi malam aku bermimpi melihat Rasulullah Saw. berada di dekat jendela rumahku ini seraya mengatakan :
“Wahai Utsman, adakah mereka mengepungmu ?”.
“Ya, wahai Rasulullah !. jawab Utsman singkat.
“Begitu tega mereka membuatmu dahaga !”. sambung Rasulullah dalam mimpi itu.
“Ya, wahai Rasulullah”. sahut Utsman lagi.
Kemudian Rasulullah menyodorkan tempat air kepadaku, dimana aku langsung meminumnya sampai tubuhku terasa segar, bahkan segarnya terasa pula sampai di dada dan pada kedua belikatku. Lantas Rasulullah Saw. mengatakan :
“Jika kau berkehendak, aku akan menolong untuk menyelamatkan jiwamu, wahai Utsman. Namun masih ada pilihan yang lain, yaitu kau segera menyusul dan berada di sisiku.” begitu Rasulullah menawarkan dua alternatif.
Namun tampaknya Utsman memilih alternatif kedua sehingga ia pun menemui ajalnya di tangan para pemberontak itu.
Dan ketika Utsman telah mendekati ajalnya, “kata Abdullah bin Salam” banyak yang mendengar ucapan Utsman :
“Ya Allah, persatukanlah ummat Muhammad Saw”.
Do’a ini diucapkan sampai tiga kali. Demi Allah, “kata Abdullah lagi” , jika saja Utsman ketika itu berdo’a agar Allah mencerai beraikan ummat Muhammad untuk selamanya, maka mereka tidak akan bisa bersatu untuk selamanya”.
Ketika dalam pengepungan itulah, Utsman berkehendak menghadirkan dua orang wakil para pemberontak. Maka segera saja dua orang dari mereka menghadap yang sikapnya bagai dua ekor onta atau dua ekor keledai. Dan ketika itu pula Utsman segera mengatakan :
“Aku bersumpah atas nama Allah dan kejayaan Islam, adakah kalian mengerti bahwasannya ketika Rasulullah Saw. baru saja datang di Madinah, dimana air bersih sangat sulit untuk didapatkan selain dari Bi’ir Rumah. Kemudian beliau menawarkan :
“Siapakah yang sanggup untuk membeli sumur Rumah, dimana aku janjikan bahwa ia akan memiliki sebuah timba yang lebih baik di antara timba-timba kaum Muslimin di surga nanti ?”. begitu Rasulullah Saw. memberikan harapan.
“Maka aku, “kata Utsman”, membeli sumur itu dari hartaku sendiri yang paling berharga. Namun mengapa kalian sekarang menghalangiku untuk meminum airnya atau dari air laut sekalipun ?”.
“Memang benar apa yang kau tuturkan itu”. begitu jawab wakil para pemberontak.
“Aku bersumpah atas nama Allah dan keluhuran Islam, “kata Utsman lagi” , adakah kalian mengerti, bahwa saya telah memberi bekal cukup terhadap prajurit yang akan pergi ke medan Tabuk (Jaisyul ‘Usrah) yang aku ambilkan dari hartaku sendiri ?”.
“Benar pula apa yang kau utarakan itu”. sahut wakil pemberontak kembali.
“Aku bersumpah lagi dengan nama Allah dan agama Islam, adakah kalian mengetahui ketika masjid Madinah telah penuh sesak dengan jamaah, dimana ketika itu Rasulullah Saw. mengatakan :
“Siapakah yang sanggup membeli tanah milik si fulan yang berada di sekitar masjid itu untuk memperlebarnya, Allah akan memberi tambahan baginya dengan suatu kawasan yang lebih baik di surga nanti”.
Aku pun “kata Utsman”, segera membeli tanah itu dengan harta yang murni dari jerih payahku. Namun mengapa sekarang kalian menghalangiku untuk melaksanakan shalat di dalamnya kendati hanya dua raka’at ?”.
“Pengakuanmu memang benar, wahai Utsman”. sergah wakil pemberontak pula.
“Aku bersumpah atas nama Allah dan kemuliaan Islam, adakah kalian mengerti ketika Rasulullah Saw. berada di gunung Tsabir Makkah beserta Abu Bakar dan Umar dan diriku sendiri. Ketika itu gunung tersebut bergoncang begitu keras sehingga banyak batu-batunya yang runtuh. Namun Rasulullah segera saja menggerak-gerakkan kakinya seraya mengatakan :
“Wahai gunung Tsabir, tenanglah !, sebab yang berada di punggungmu itu adalah seorang Nabi beserta figur yang teramat benar (shiddiq) dan dua orang yang akan mati syahid”. begitu cecar Utsman lebih lanjut.
“Allahumma, memang benar perkataanmu itu”. sahut kedua utusan pemberontak pula.
Utsman pun bertakbir memuji kebesaran Allah, kemudian mengatakan :
“Wa Rabbil Ka’bah, demi Tuhan Ka’bah, para pemberontak itu telah bersaksi bahwa diriku termasuk mati syahid”.
Maka ketika tebasan pedang telah mengenai lehernya, Utsman masih sempat mengucapkan :
“Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadh dhaalimin”
Ya Allah, tiada tuhan selain Engkau. Engkau Maha Suci, sedangkan diriku termasuk mereka yang berbuat aniaya. Ya Allah, aku bermohon perlindungan kepada Engkau dari kejahatan mereka, aku mohon pertolongan mengenai segala urusanku, dan aku memohon kepada-Mu, sabarkanlah diriku dalam mengahadapi ujian yang Engkau berikan kepadaku.
Setelah Utsman menemui ajalnya, segera saja para pemberontak memporak porandakan isi rumah sehingga dapat ditemukan sebuah peti yang menarik perhatian mereka.
“Di dalam peti inilah akan didapatkan benda paling berharga milik kaum Muslimin”. kata para pemberontak.
Peti itu lantas dipecahkan begitu saja, dimana mereka menemukan sebuah botol yang agak besar.
“Jelas di dalam botol itu tersimpan mutiara yang bernilai tinggi”. kata pemberonak lebih lanjut.
Mereka pun memecahkannya, namun ternyata di dalamnya hanya ditemukan secarik kertas yang bertuliskan :
“Utsman telah mempersaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Muhammad adalah hamba-Nya serta yang menjadi utusan-Nya. Hari kiamat pastilah tiba dengan tanpa mengandung keraguan sedikit pun, dan Allah jelas akan membangkitkan orang-orang yang berada dalam kubur. Dengan kalimat itu kami hidup, dan dengan kalimat itu pula kami mati”.
Dan di balik kertas itu bertuliskan syair :
Kaya jiwa ‘kan melapangkan sukma
Bisa mencegah rangkaian durhaka.
Kendati melarat mendera
Tiada akan berbahaya.
Setiap datang kesengsaraan
Aku hadapi dengan kesabaran
Maut pasti menghampiri jiwa.
Setelah susah beralih ceria.
Selamat jalan figur yang berpredikat Dzin Nuraini wal Hijrataini. Ia telah menjadi menantu Rasulullah dua kali dan melakukan hijrah dua kali pula. (1 Semoga amal-amalmu di terima disisi Allah. Dan kami yang kau tinggalkan diberi kekuatan Allah sehingga mampu menyintaimu ◙
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar