Ujian Seorang Rahib
Dahulu kala pernah hidup seorang Rahib(pendeta) dari kaum Bani Israil yang begitu tekun beribadah sendirian di dalam sinagognya. Setiap pagi dan petang para malaikat selalui datang kepadanya untuk menawarkan jasa apa saja yang menjadi keperluan Rahib. Di dekat sinagognya itu Allah telah menumbuhkan pohon anggur yang begitu rimbun sehingga ketika dia lapar maka akan cukup memetik buahnya dari sinagog itu tanpa memerlukan tangga yang lain. Dan jika dia haus maka cukup menengadahkan kedua belah rangannya ke langit. Dengan begitu akan langsung mengalir air ditangannya. Begitu besar rahmat Allah yang diberikan kepadanya.
Namun ketika hari menjelang petang, dia bertemu dengan seorang wanita yang begitu cantik, sangat anggun bagaikan bidadari surga layaknya, dia mengatakan:
“Wahai Rahib, rumahku begitu jauh, perjalananku masih panjang, sedangkan hari telah mulai gerlap, aku mohon Rahib suka memberiku penginapan barang semalam saja dimana akan kuteruskan perjalanan ini besok pagi.” begitu alasan wanita itu.
“Silahkan nona naik ke sinagog saja agar tidak merasa takut, kebetulan disana ada sebuah bilik yang akan cukup sebagai tumpangan.” jawab si Rahib.
Maka perempuan itu pun naik memasuki sinagog dan dimuliakan begitu rupa hingga merasa aman disisinya. Namun setelah malam, dimana ketika itu Rahib beristirahat sebentar dari ibadahnya, wanita itu tiba-tiba melepaskan seluruh pakaian yang membalut tubuhnya hingga telanjang bulat dihadapan sang Rahib seraya meminta agar dia kiranya sudi menggeluti dirinya. Rahib itu pun tersentak seraya menutupi wajah dirinya, namun batinnya gemuruh, terjadi perang batin antara hak dan batil, tinggal menunggu saatnya, adakah dia mampu menanggulangi ujian berat itu atau harus terjungkal mengikuti hawa nafsu. Selanjutnya Rahib mengatakan :
“Cilaka benar kau wanita, tutupilah dirimu dengan segera.”
Namun wanita itu begitu acuh, ia tetap menginginkan agar Rahib segera berbuat khusus pada dirinya. Untuk meredakan gejolak nafsu Rahib, ia berusaha memejamkan matanya seraya menanyakan pada hatinya sendiri :
“Celakalah kau wahai badan, adakah kau berhasrat menghancurkan ibadah yang selama ini telah kau laksanakan dengan bersusah payah. Adakah kau menghendaki pahala semua itu akan sirna dalam sekejap. Ataukah kau menginginkan siksa abadi dan mengenakan pakaian dari lempengan-lempengan api neraka serta mendapatkan murka Allah selamanya ?.” begitu rintih batin sang Rahib.
Namun nafsu si Rahib pun meronta, ingin permintaan wanita itu dituruti saja. Akhirnya si Rahib mengambil jalan tengah, dia mendekati wanita itu seraya mengatakan :
“Cobalah nona bawa korek api itu kemari kemudian tolong dinyalakan. Malam ini kita mengadakan eksperimen, dengan demikian jika percobaan kita nanti berhasil baik maka kita bisa mereguk buah terlarang sepuas-puasnya di malam ini. Aku akan mencoba membakar jarimu dulu. Dalam arti jika sasja tubuh kita nanti sudah tidak merasakan panasnya api dunia, mungkin saja kita di akherat nanti akan terlepas dari panasnya api neraka.” begitu kata si Rahib.
Karena nafsu wanita itu telah sampai ubun-ubun, ia pun menyetujui ajakan Rahib itu. Ia lantas mulai membakar jari tangannya sebelah kanan dengan korek api. Disaat itulah para malaikat berteriak mengatakan pada api :
“Bakarlah jari wanita itu wahai api, agar si Rahib tidak celaka.”
Sejenak kemudian wanita itu menjerit merasakan panasnya api. Masih belum puas, maka dicobanya lagi, ternyata terbakar lagi. Demi menyadari upayanya itu tidak berhasil dan merasakan putus asa yang tiada tertanggungkan, maka wanita itu menjerit sekuat tenaga lalu jatuh tertelungkup dan mati seketika. Dengan tabah si Rahib menutupi tubuh bugil itu dengan bajunya kemudian bergegas meneruskan ibadahnya.
Namun di pagi buta, Iblis laknat telah berdiri tegak di dekat sinagog itu kemudian berkeliling kota dengan meneriakkan bahwa seorang Rahib telah berbuat zina dengan seorang wanita. Setelah puas menggaulinya dia lalu membunuh wanita itu.
Dengan segera Raja negeri itu datang ke tempat si Rahib bersama para pengawal seraya menyuruh paksa agar dia segera turun dari sinagog. Maka terjadilah dialog antara mereka :
“Dimana wanita itu.” tanya Raja.
“Di dalam sinagog wahai junjunnganku.” jawab rahib.
“Suruhlah dia turun.” pinta Baginda.
“Ia telah meninggal dunia tadi malam.” tukas Rahib.
“Mungkin saja dia tidak mau anda perkosa hingga anda mengambil jalan pintas untuk membunuhnya.” sergah Baginda dengan sengit.
“Tidak, demi Allah tidak sebiadab itu perilkaku saya.” tangkis si Rahib dengan hati yang mulai waswas..
Namun disitu telah banyak orang berkumpul melakukan demo untuk merobohkan sinagog itu hingga terjadilah apa yang terjadi. Sinagog itu pun hancur luluh lantak dalam serkejap. Kemudian si Rahib segera dijerat lehernya dengan seutas tali, dan kedua belah tangannya diborgol bak pesakitan. Dan perempuan yang telah mati itu segera diusung sebagai bukti di pengadilan. Maka digelarlah persidangan besar yang di pimpin oleh seorang hakim agung. Setelah dievaluasi begitu rupa dengan berbagai bukti yang didapatkan, maka para penegak hukum di kota itu memutuskan bahwa si Rahib harus dibunuh sebagai balasan atas kedurjanaannya. Ia dituduh telah melanggar dua pasal berat, yaitu pemerkosaan disertai dengan pembunuhan. Padahal hukum yang berlaku di negeri itu, bagi para pezina harus digergaji dari kepala hingga terbelah dua sampai duburnya. Disaat itu si Rahib sudah tidak mendapat kesempatan untuk membela diri, kalah pula dengan opini yang berkembang di masyarakat. Segera saja dia menghadapi algojo-algojo bengis yang menenteng sebilah gergaji. Dengan cekatan sekali para algojo itu segera menggali tanah untuk menanam Rahib sampai pangkal paha. Kemudian mereka menelentangkan kedua belah tangan Rahib itu pada sebilah papan yang telah dipersiapkan. Kini mulailah mereka menggergaji kepala Rahib itu kemudian ditarik sedemikian rupa hingga sang Rahib tersentak mengaduh. Ketika itulah Allah segera mengutus Jibril As. Supaya menggertak si Rahib :
“Jangan sampai anda mengaduh lagi, Allah melihat nasib anda. Para malaikat penyangga ‘Arsy dan seluruh penduduk langit menangisi nasib anda. Jika saja anda mengaduh sekali lagi, Allah akan meruntuhkan seluruh langit ke permukaan penduduk bumi ini. Bumi akan segera diperintahkan menelan mereka hidup-hidup.” begitu Jibril menghardik.
Dalam sekejap saja matilah si Rahib tabah ini dalam menanggung ujian hidup dan iman di dadanya. Namun dengan kekuasaan Allah, tiba-tiba saja wanita yang menjadi bukti pembunuhan itu hidup kembali dan segara berlari mendekati sang Raja dan para hakim yang ada disekelilingnya, lantas mengatakan :
“Demi Allah, dia tidak berbuat zina denganku, matiku pun wajar-wajar saja, dalam arti tidak dibunuh oleh Rahib yang kalian siksa itu.”
Selanjutnya wanita itu menceritakan apa yang telah diperbuatnya dengan sangat jelas dari awal dia bersandiwara sampai cara menggodanya dan ketegaran si Rahib dalam menegakkan iman di dadanya, kemudian ditunjukkan pula tangannya yang terbakar itu sebagai bukti kebijaksanaan sikap Rahib. Setelah tugas wanita itu selesai, ia pun mati lagi dengan seketika.
Dalam menyaksikan peristiwa ini seluruh masyarakat hanya terbengong-bengong menyesali seluruh kekeliruan yang telah terjadi dan segera melalukan taubat massal yang dipimpin oleh baginda sendiri. Selanjutnya mereka bersepakat untuk mengubur Rahib dan wanita itu dalam satu liang lahat dan merawat keduanya dengan sebaik-baiknya.
Setelah prosesi penguburan itu selesai, mereka mendengar suara dari langit yang mengatakan :
“Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan timbangan amal di bawah ‘Arsy dengan tegak, dan telah mengangkat para malaikatNya sebagai saksi bahwa Dia akan mengawinkan si Rahib itu dengan lima puluh ribu bidadari surga Firdaus. Demikianlah balasan mereka yang selalu ingat kebesaranNya.” demikian kata suara itu
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar