Pada suatu hari, Nahar bin Hausyab pergi ke sebuah hutan mencari kayu bakar untuk keperluan dapur. Namun sering pula membawa berbagai jenis sayur mayur yang menjadi kesukaannya. Ia merupakan seorang ulama yang begitu rajin beribadah. Namun ketika pulang diwaktu Ashar, dia merasa letih sekali sehingga terpaksa beristirahat di bawah pohon yang berdekatan dengan sebuah makam seraya merebahkan diri menyeka peluh yang membasahi tubuhnya. Pemakaman itu dipandangnya sejenak, maka dilihatnya ada sebuah kubur yang masih baru. Kemudian beralih ke arah yang lain, tampak pula ada kubur yang masih baru. Sejenak kemudian tiba-tiba kubur baru yang ada didekatnya itu terbelah kemudian dari dalamnya muncul seorang laki-laki yang berkepala kuda dan berbadan manusia kemudian bersuara keras sekali sampai tiga kali persis ringkik kuda lantas dia memasuki liang kubur itu sebagaimana semula.
Bulu kuduk Nahar pun berdiri, ngeri melihat kejadian ganjil itu. Dengan hati galau akhirnya dia segera beranjak pulang seraya memikul kayu bakarnya dengan terburu-buru.
Di hari yang lain, ia pun pergi mencari kayu bakar lagi sebagaimana kebiasaannya dan mencoba beristirahat di dekat kubur itu lagi. Ternyata kali ini dia melihat pula kejadian sebagaimana apa yang disaksikannya kemarin. Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya pada penduduk sekitar pemakaman itu. Kebetulan sekali ada dua orang wanita, yang satu masih muda dan yang satunya lagi sudah tua dimana kertika itu tengah sibuk memintal benang.
“Wahai ibu, kubur siapa yang di dekat jalan itu, aku melihatnya ada sebuah kejadian yang ganjil disana ?.” tanya Nahar.
“Apakah kubur yang baru itu ?.” tanya wanita tua tadi.
“Ya, betul.” Jawab Nahar.
“Bapak telah bertanya padaku dimana akan mendapatkan jawaban yang memuaskan. Kubur itu merupakan makam anakku sendiri.” jawab si pemintal benang lagi.
Nahar pun segera berbisik pada ibu itu dengan bertanya :
“Bagaimana sikap anak ibu ketika masih hidup, sebab saya telah menyaksikan kejadian aneh di kubur anak ibu itu.” tanya Nahar diulang kembali.
Mata ibu itu terbelalak kemudian menceritakan perilaku anaknya :
“Begini pak !, dia itu seorang anak yang menggandrungi minuman keras sampai mabuk berat. Padahal sudah seringkali aku nasehati bahwa hidup ini hanya sekali, setelah itu sudah tidak pernah lagi kembali ke dunia. “Sampai kapan kau akan menyudahi minuman keras itu ?.” begitu nasehat si ibu.
Namun bagaimana jawabannya pak ! dia dengan enteng mengatakan :
“Lidah memang tidak bertulang mulut ibu itu seenaknya saja menganga sebagaimana mulut kuda yang selalu mengulum besi” begitu jawab anak durhaka itu.
“Dan yang melihat dia telah berubah menjadi kuda itu bukan bapak saja, sudah banyak orang lain yang tahu. Lihat saja ketika waktu Ashar tiba, dia mesti keluar dari kubur dan meringkik persis suara kuda jalang, kemudian kuburnya akan kembali sebagaimana semula setelah dia memasukinya lagi.
“Begitu itu perilaku ketika hidupnya ?. tanya Nahar lagi.
“Ya, dan sudah tidak bisa diperbaiki lagi.” jawab ibu
Masya Allah, semoga kita terjauh dari segala sikap yang menyakitkan hati kedua orang tua. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda :
“Setiap dosa itu pada lazimnya siksaannya akan di tangguhkan sampai datang hari kiamat kecuali menyakitkan hati kedua orang tua. Dosa ini siksaannya akan disegerakan Allah ketika hidup di dunia ini hingga merasakan penderitaan sebelum mati (Hadits Riwayat Al-Hakim dan Al-Ashbihani)
Al-Ghazali dalam Ihya’nya telah mengatakan bahwa seseorang akan dibangkitkan dalam keadaan persis ketika ia mati. Dan keadaan kematian seseorang adalah persis ketika ia hidup, baik mengenai kebahagiaan atau celakanya. Dalam arti apa yang dialaminya nanti akan disesuaikan dengan isi hatinya, bukan sosok tubuhnya. Dari sifat-sifat hati inilah mereka akan dibangkitkan berupa bentuk yang semisal dengannya ◙
Rabu, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar