Rasulullah Saw baru saja berangkat dengan sahabat-sahabatnya meninggalkan Madinah. Pimpinan sembahyang diserahkan kepada pihak lain, begitu pula mengenai masalah keamanan Madinah. Dalam perjalanan ini kaum Muslimin membawa beberapa ekor unta yang acapkali ditunggangi secara bergantian. Begitulah lazimnya kondisi ummat Islam ketika berangkat ke berbagai pertempuran. Sedangkan Rasulullah Saw juga mendapat bagian sama seperti sahabat-sahabat yang lain.
Suatu hari sebuah pertempuran telah berlangsung antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan masing-masing musuhnya. Dan setelah sampai klimaknya, barulah dapat ditentukan mana yang kalah dan mana yang menang. Itulah hukum perang yang selalu membawa penderitaan, baik yang menang, apalagi yang kalah. Dari itu Islam menggariskan bahwa janganlah kiranya kita menjadi pihak agresor, namun hendaklah pada pihak yang bersifat defensif atau membela diri.
Setelah terjadi peperangan, seringkali Rasulullah Saw dan para sahabat berkumpul memperbincangkan pertempuran yang telah usai, mengevaluasi dan mengkalkulasi, apa saja kerugiannya, bahkan di mana letak keuntungannya, kendati pun peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang di pelupuk mata. Pernah pula para sahabat begitu kagum pada salah seorang kawan mereka, Quzman namanya. Ketika bertempur melawan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar mencabik-cabik mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.
“Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Quzman,” kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu termasuk penghuni neraka.”
Para sahabat menjadi heran mendengar jawaban Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam bisa masuk dalam neraka. Para sahabat saling berpandangan antara satu dengan yang lain ketika mendengar penuturan Rasulullah itu. Namun kondisi ini segera direspon Rasulullah, beliau tanggap bahwa boleh jadi masih banyak dari para sahabat yang ragu mengenai vonis beliau itu. Inilah kronologi atas kondisi Quzman:
Ketika Quzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Quzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Tubuhnya berlumuran darah. Dengan segera Quzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, namun mata pedang itu dihadapkan ke tubuhnya. Ia lantas menancapkan mata pedang itu ke arah dadanya. Perbuatan itu dilakukan karena tidak tahan menanggung rasa sakit akibat luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan karena tikaman musuh, tetapi karena bunuh diri. Melihat peristiwa tragis ini, banyak orang menyangka, dia akan masuk surga. Tetapi hal ini dicermati Rasulullah Saw bertolak belakang dengan anggapan para sahabat. Rasulullah Saw telah menyebutnya sebagai penduduk neraka.
Menurut Rasulullah lagi, sebelum Quzman mati, ia telah mengatakan, “Demi Allah, aku berperang bukan karena agama, tetapi hanya sekedar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak karena itu, aku tidak akan melakukannya.”
Kini terbuktilah bahwa sebuah niat memang telah mengantarkan seseorang sesuai denga apa yang diniatkan. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya segala amal itu bergantung niatnya. Dari itu setiap seseorang akan memperoleh sesuai apa yang diniatkan. Dengan demikian barang siapa yang berhijrah (berniat ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya pun akan berpulang kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang berhijrah untuk mencari duniawi atau karena dorongan perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya pun akan mengarah kepada apa yang ia niatkan padanya. ◙
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar