Walid bin Abdul malik merupakan jajaran Khalifah Bani Umayah yang termasyhur. Baginda sangat dicintai segenap rakyatnya tersebab sikapnya yang begitu santun dan memperhatikan sekali terhadap kepentingan mereka. Boleh dikatakan bahwa Muawiyah yang mendirikan kerajaan Bani Umayah, sedangkan Abdul Malik bin Marwan sebagai penjaga stabilitasnya, kemudian Walid bin Abdul Malik yang meneguhkan hingga mencapai zaman keemasannya. Baginda memerintah antara tahun 86 sampai 96 H. (705 – 715 M.).
Pada suatu malam, Walid bin Abdul Malik mengatakan pada seorang pengawalnya:
“Berjagalah di dekat pintu gerbang, kemudian jika ada seseorang yang melintas, hendaknya engkau persilakan masuk di istana. Malam ini aku membutuhkan kawan duduk untuk berbincang-bincang ringan sebagai penawar jerih payah pikiranku di siang hari.”
Pengawal itu pun segera mentaati titah Baginda, dan segera berjaga di dekat pintu gerbang. Sejenak kemudian melintaslah Atha’ bin Abi Rabah yang sama sekali belum dikenal oleh pengawal itu. Namun dengan tanpa berpikir panjang, pengawal itu mempersilakan ‘Atha’ untuk memasuki istana dengan mengatakan bahwa Baginda sedang menunggu kedatangannya. Syeikh ‘Atha’ yang sudah tua itu pun memasuki pintu gerbang menuju tempat Baginda berada. Kebetulan saja di dekat Baginda telah duduk seorang pemuda, yaitu Umar bin Abdul Aziz (yang kelak menjadi Khalifah pada tahun, 99 - 101 H).
Setelah ‘Atha’ berhadapan dengan Baginda, segera saja ia mengucapkan salam dengan mengatakan.”
“Assalamu Alaika, ya Walid!,” dengan tanpa menyebut ‘Amiril Mukminin’ yang merupakan atribut kebesaran yang biasa disandangnya.
Ketika mendengar ucapan ini, Baginda langsung menumpahkan murkanya pada si pengawal sial itu, dengan ucapannya:
“Celakalah engkau!. Aku tadi sudah mengatakan, hendaknya engkau memasukkan orang yang akan senang aku ajak berbincang-bincang ringan hingga pikiranku akan terhibur karenanya. Namun ternyata engkau mamasukkan seseorang yang hatinya tidak rela jika aku mendapatkan gelar yang menjadi kebanggaan Allah.”
“Maaf tuanku,” pengawal itu beralasan, “Ampun beribu ampun, sejak tadi belum juga melintas seseorang selain orang tua itu. Dengan demikian orang tua itu yang aku suruh menemui Baginda. Sekali lagi hamba mohom ampunan,” begitu jawab pengawal itu dengan ketakutan.
Kemudian Baginda segera mendekati ‘Atha’ untuk berbincang-bincang dengannya kendati dengan setengah hati. Namun di tengah-tengah perbincangan itu ‘Atha’ menyisipkan nasihatnya:
“Wahai Baginda,” kata ‘Atha’ dengan tenang, “Hamba telah mendapatkan keterangan dari sebuah hadits bahwa di dalam neraka Jahanam itu ada sebuah lembah yang bernama Habhab. Siksaan di dalamnya dipersiapkan bagi para pemimpin yang menyeleweng, baik di bidang hukum maupun pemerintahan.”
Ketika mendengar kalimat ini, Baginda Walid pun berteriak sampai pingsan sehingga lehernya tersandar di tangga istana tidak sadarkan diri. Dalam kondisi seperti ini, Umar bin Abdul Aziz pun menghardik ‘Atha’:
“Kau telah berusaha membunuh Baginda, wahai orang tua,” begitu semprot Abdul Aziz.
Namun tampaknya ‘Atha’ tidak selangkah pun surut ke belakang, ia malah mencubit lengan Abdul Aziz sekuat-kuatnya sembari mengatakan:
“Wahai Umar!, beratnya urusan akhirat itu tidak terperikan, dengan demikian kau harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa meraih kebahagiaan di sana.”
Kalimat ini diucapkan ‘Atha’ seraya beranjak pergi meninggalkan istana. Beberapa tahun kemudian, Abdul Aziz mengatakan:
“Cubitan ‘Atha’ itu masih aku rasakan sakitnya di lenganku sampai setahun lebih, aneh… !”
Rasulullah telah mengatakan bahwa jihad paling utama adalah sebuah kalimat hak yang ucapkan pada seorang penguasa tiran yang menyeleweng. Tiada lain karena dalam menyampaikannya akan mengandung berbagai resiko yang sangat berat. Salah-salah bisa diNusakambangkan bahkan diPeriokkan atau dikremasi hidup-hidup.
Rabbana hab lana min azwaajinaa wamin dzurriyyaatinaa qurrata a’yunin, waj’alnaa lil muttaqiinaa imaaman.
Allahumma, Ya Allah Tuhan kami, jadikanlah isteri dan anak-anak kami sebagai pengobat hati yang duka. Berikanlah kami para pemimpin yang masih memiliki hati takwa dan takut kepada-Mu, amin ◙
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar