Pedagang Asongan
Di Sarang Gadis Penakluk
Pada musim bunga, pemandangan tampak indah sekali. Suasana seperti ini bisa menjadikan perasaan seseorang begitu bahagia hingga taman-taman banyak dikunjungi mereka yang sedang menghibur diri untuk menikmati keindahan alam yang menyejukkan hati.
Dahulu kala berkuasalah seorang raja dari kaum Bani Israil yang begitu bijaksana hingga seluruh rakyat selalu patuh dan tunduk kepadanya, tidak pernah terjadi pemberontakan atau huru-hara. Seluruh rakyat begitu tinggi dalam menjunjung hukum-hukum yang termaktub dalam kitab Taurat.
Baginda mempunyai anak gadis yang begitu jelita, sudah dewasa pula, berarti saat mencarikan jodoh yang serasi untuk mendampingi hidupnya. Malam berganti siang dan siang pun berganti malam, dia begitu berharap semoga ayahanda segera mendapatkan pemuda idaman yang akan membahagiakan hatinya. Jangan sampai kiranya ada suara sumbang yang mengatakan sebagai perawan lapuk. Namun sampai kini apa yang menjadi harapannya itu belum terwujud.
Sudah menjadi kebiasaan, setiap pagi para inang sang putri itu sebagiannya ditugaskan berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dapur kerajaan dan membuat ransum makanan yang telah menjadi kewajiban mereka. Namun ketika diperjalanan itulah mereka melihat seorang pemuda pedagang asongan yang sangat tampan sekali, belum pernah mereka melihat pemuda setampan itu. Akhirnya mereka mendekati pemuda itu dengan berpura-pura akan membeli barang kelontongnya. Maka terjadilah dialog ringan dan basa-basi seperlunya. Dari pembicaraan ini, para inang itu malah bertambah kagum, tutur bahasanya begitu santun dan sikapnya yang sangat menawan. Pendek kata mereka betul-betul tergila-gila dalam pandangan pertama. Pemuda itu Khaif namanya.
Maka diantara para inang itu ada yang berbisik-bisik dengan kawan lainnya : ”Bagaimana jika pemuda ini kita tawarka ke sang putri, siapa tahu sang putri akan berkenan menjadikannya sebagai suami ?”
Dengan sepakat mereka menyetujui tawaran itu. Akhirnya salah satu diantara mereka kembali ke kerajaan untuk memberi tahu sang putri mengenai keberadaan pemuda itu. Maka gayung pun bersambut, sang putri menyuruh inang itu untuk memanggil pemuda tadi dengan alasan barang-barangnya akan diborong kerajaan. Setelah pemuda itu diberi tahu mengenai pemanggilan dirinya oleh seorang putri raja, betapa hatinya berbunga-bunga :
“Hari ini aku betul-betul akan untung besar. Ibuku akan kuberi hadiah istimewa setelah aku pulang nanti.” begitu gumamnya.
Maka si Khaif pun segera bergegas menuju ke kerajaan dengan diikuti oleh seorang inang. Sementara inang-inang yang lain meneruskan kewajibannya untuk berbelanja. Inang itu akhirnya mempertemukan Khaif dengan putri raja. Betapa terkesima sang putri melihat ketampanan Khaif, namun sayang dia mempunyai niat yang busuk, sementara si Khaif tidak menyadari apa yang akan menimpa dirinya.
Episode selanjutnya, si Khaif disuruh sang putri untuk memasuki sebuah rumah, kemudian pintunya dikunci begitu rupa, sementara si inang itu disuruhnya keluar untuk memberesi urusan dapur. Dengan tidak sabar sang putri itu mengatakan :
“Wahai pemuda tampan, mari kita mereguk bersama nikmatnya cinta dipagi yang cerah ini. Selama ini, pemuda sepertimu itulah yang selalu aku impi-impikan, sekarang semoga mimpi itu menjadi kenyataan, marilah dekati diriku dan…. dan…
Ternyata Khaif bukanlah sembarang pemuda, dia seorang yang rajin beribadah, ahli bertakwa, tidak semudah itu melemparkan dirinya dalam kedurjanaan. Maka dengan secepatnya Khaif mengatakan :
“Begini saja nona, kita menghadap baginda raja, ayah nona sendiri agar menikahkan kita sehingga tidak akan melanggar aturan agama, adat atau pun norma kesusilaan.” begiyu tawar Khaif.
“Kebetulan ayah sedang pergi mengadakan peninjauan ke suatu daerah. Betapa saat ini merupakan kesempatan terbaik untuk menuntaskan cinta kita tas.. tas… tas. Aku sendiri sudah tidak sabar untuk menunggu lagi, sayang.” desak sang putri gatal.
“Maaf nona, wajahku masih begitu kotor, hendaklah nona mengambilkan air dulu untuk membasuh dan sebagian badanku ini agar nona nanti lebih bergairah.” demikian Khaif beralasan.
Namun sang putri itu tidak pula kalah cerdiknya, dia segera mempersiapkan air secukupnya di bangunan tingkat atas dengan maksud agar si pemuda tadi tidak bisa menghindar lagi. Padahal 1tinggi bangunan itu diperkirakan empat puluh hasta. Maka terpaksalah Khaif naik ke tingkat atas diikuti sang putri yang kehausan lelaki itu. Dalam keadaan terjepit ini, Khaif sempat berdo’a :
“Ya Allah, saya telah diajak berbuat mesum melakukan kemaksiatan yang mengundang murkaMu. Demi kemulianMu ya Allah, aku memilih terjun bebas dari tingkat ini dari pada berbuat durhaka.” begitu Khaif mendesis.
Setelah membaca Bismillah, dia segera meloncat dengan mata terpejam dan hati yang paserah kepada Allah. Maka ketika itulah Allah segera menyuruh seorang malaikat untuk menyambar tubuh Khaif agar tidak celaka sehingga ketika telah sampai ke bumi, dia jatuh dengan berdiri tegak tanpa cedera sedikit apa pun jua.
Tertegun Khaif mengalami peristiwa ini, sepanjang umurnya baru kali ini dia dipepet oleh seorang wanita, bukan sembarang weanita, kecantikannya pun begitu mempesona. Betapa akheratnya hampir saja hancur berkeping-keping. Dengan langkah gontai, dia segera menjauh dari kawasan istana itu lalu direbahkannya badan yang hampir celaka itu dibawah sebatang pohon yang rindang seraya meratapi nasibnya. Dalam ketidak berdayaan itu dia berdo’a :
“Ya Allah, jika saja pekerjaanku yang lama itu membawa kesialan dan mencelakakan diriku, berilah saya rizki melalui jalan yang lain, Engkau Maha Kaya ya Allah.”
Demi mendengar rintihan Khaif yang mengiba ini, Allah segera menurunkan beberapa belalang emas, kemudian si Khaif tinggal memunguti dan memasukkan dalam saku bajunya. Namun kali ini hatinya belum juga tenang, jangan-jangan belalang itu akan mengurangi bagian kenikmatannya di surga nanti. Maka sekali lagi dia pun berdo’a :
“Ya Allah,jika saja belalang-belalang emas ini sebagai rizki saya ketika hidup di dunia ini, maka berkatilah mengenai apa yang telah Engkau berikan kepadaku.”
Maka ketika itu ada sebuah jawaban, entah dari mana asalnya :
“Sesungguhnya apa yang Aku berikan kepadamu itu hanya sebagian dari dua puluh lima pahala yang akan Aku berikan kepadamu di akherat nanti.”
Dengan seketika Khaif menjawab :
“Ya Allah, kalau begitu aku tidak menginginkan lagi terhadap kenikmatan dunia yang akan mengurangi kebahagiaanku di akherat.”
Sejenak kemudian, belalang-belalang emas tadi segera menghilang entah kemana, dan Khaif akhirnya memilih jalan hidup seperti sedia kala, bahkan memulai dari permulaan karena seluruh barang-barang kelontongnya tertinggal di kerajaan tanpa ada yang mau mengembalikan.
Dalam peristiwa ini syetan yang telah berusaha menggoda hati Khaif tadi ditanya oleh Iblis selaku pimpinannya :
“Mengapa kau biarkan begitu saja Khaif itu terlepas dari cengkeraman godaanmu hingga dia urung menjalankan perbuatan mesum, padahal tinggal beberapa jurus saja untuk menjerumuskannya.” tanya Iblis.
“Bagaimana saya akan mampu mencelakakan orang yang berserah diri bulat-bulat kepada Allah, tenagaku seakan terkuras habis wahai junjunganku.” begitu jawab syetan ◙
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar