Pada suatu hari, Ummul Mukminin, ‘Aisyah Ra. bertanya kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah, adakah para makhluk nanti di hari kiamat masih teringat juga kepada kaum kerabatnya ?”.
“Ya, “jawab Rasulullah”, terkecuali pada tiga tempat. Pertama, ketika mereka membaca buku catatan amalnya masing-masing sehingga mengetahui dengan persis seluruh amal baik dan buruk yang telah dikerjakannya. Kedua, ketika amal-amal mereka ditimbang dengan seadil-adilnya sehingga tidak sebiji sawi pun yang tertinggalkan atau terlalaikan. Ketiga, ketika mereka berada di shirath. Pada tiga tempat itulah mereka melupakan segala-galanya terkecuali atas keselamatan diri masing-masing.
Akan halnya shirath adalah merupakan titian rambut di belah tujuh yang terbentang di atas neraka Jahanam. Karena kecilnya, hampir-hampir shirath itu tidak tampak, tajam lagi. sedangkan di bawah shirath itu para malaikat Zabaniah telah berjajar menunggu untuk melempari orang-orang yang penuh dosa yang melintasi shirath.
Pada shirath itu terdapat tujuh tempat pemberhentian, yang panjangnya diperkirakan tidak kurang dari perjalanan tiga ribu tahun. Seribu tahun berupa tanjakan, dan seribu tahun menurun, kemudian yang seribu tahun lagi mendatar. Pada setiap tempat pemberhentian itu, setiap manusia akan ditanya mengenai imannya ketika hidup di dunia, lantas mengenai shalatnya, kemudian mengenai zakat, puasa, haji, wudhu’ dan cara mandi besar, dan yang ke tujuh mengenai penganiayaan antar sesama. Dengan demikian barang siapa tidak memenuhi kewajiban sebanyak tujuh macam itu, atau dari salah satunya, maka perjalanannya di atas shirath akan diberhentikan pada tempat-tempat pemberhentian itu. Dan ia akan berhenti di sana tidak kurang dalam masa seribu tahun dalam setiap pemberhentian.
Orang yang pertama kali melintasi shirath adalah Rasulullah Saw. Maka ketika beliau akan melangkahkan kaki di atas titian, beliau berdo’a lebih dahulu :
“Ya Allah, selamatkan ummatku dari bencana ini.”
Setelah Rasulullah melintasi shirath itu, barulah orang lain bisa memasukinya. Dari mereka ada yang selamat dan banyak pula yang jatuh menjadi bahan bakar Jahanam. Kemudian Rasulullah diberi sebuah panji-panji yang bernama Liwaaul Hamdi sepanjang seribu tahun perjalanan. Pada panji-panji itu bertuliskan kalimat Bismillahir Rahmanir Rahim. Dan pada baris kedua bertuliskan Alhamdu lillahi Rabbil ‘Alamin. Dan pada baris yang ketiga bertuliskan Laa ilaha illal’lah Muhammadur Rasulullah. Rasulullah akan berdiri tegak di bawah panji-panji itu, yang kemudian diikuti oleh para nabi yang lain, kemudian para ulama dan orang-orang shaleh serta para syuhada’ dan shiddiqiin (orang-orang yang benar dan jujur).
Selanjutnya Rasulullah memanggil dengan suara yang lantang sekali :”Wahai penduduk belantara hari kiamat, siapa diantara kalian yang termasuk Assabiqunal Awwalun ?” (Mereka yang pertama-tama sekali memeluk Islam).
Maka Abu Bakar segera tampil ke depan seraya mengatakan :”Labbaika, ya Rasulullah – aku sambut panggilanmu, wahai Rasulullah”.
Rasulullah kemudian memberikan bendera itu kepada Abu Bakar. Sejenak kemudian di sekitar Abu Bakar telah berkumpul kaum Muhajirin dan mereka yang ketika hidupnya bersikap jujur dan benar. Kemudian mereka segera berangkat menuju surga bersama dengan Abu Bakar.
Ketika itu tangan Rasulullah sudah memegang panji-panji yang lain, kemudian beliau mengumandangkan seruan lagi :
“Wahai penduduk belantara !, dimana gerangan mereka yang ketika di dunia, hidupnya dicurahkan untuk membela Islam.”
Dari arah yang tidak terduga, Umar bin Khathab segera tampil maju dengan mengatakan : “Labbaika, ya Rasulullah”.
Sesaat kemudian, panji-panji itu diberikan Rasulullah ke tangan Umar bin Khathab yang segera dikerumuni mereka yang bersikap adil ketika hidup dan rajin ber-amar makruf dan nahi ‘anil munkar. Segera saja mereka ber-iringan menuju surga dengan Umar bin Khathab sebagai pemimpinnya.
Rasulullah pun memanggil kembali terhadap mereka yang gemar berinfak untuk menegakkan agama Allah. Segera saja Utsman bin Affan tampil mendekati Rasulullah seraya mengatakan :”Labbaika, ya Rasulullah”. Kemudian beliau memberikan sebuah panji-panji ke tangan Utsman dan segera diikuti dengan berkumpulnya mereka yang rajin mendermakan hartanya di jalan Allah. Sesaat kemudian, mereka segera menuju surga yang dipimpin oleh Utsman Ra.
Kemudian para malaikat memberikan satu panji-panji lagi kepada Rasulullah seraya memanggil mereka yang menjadi kekasih Allah (auliya’). Seketika itu Ali bin Abi Thalib menyeruak kerumunan untuk mendekati Rasulullah seraya mengatakan :”Labbaika, ya Rasulullah”. Panji-panji itu segera diberikan ke tangan Ali bin Abi Thalib dan para auliya’segera berkumpul di sekitarnya. Lantas mereka segera berangkat menuju surga yang dipimpin oleh Ali pula.
Para malaikat lalu mengumandangkan lagi seruan :”Siapa saja yang ketika di dunia terbunuh pada pihak yang teraniaya ?”. Sekejap kemudian Husein bin Ali tampil ke depan seraya mengatakan :”Labbaika, ya Rasulullah – aku penuhi panggilanmu, wahai Rasulullah. Husein bin Ali lantas menerima sebuah panji-panji dari tangan Rasulullah yang segera berkumpul di sekitarnya mereka yang terbunuh secara teraniaya. Ketika itu Fatimah Az-Zahra’ selaku ibu Husein dan puteri Rasulullah berada di depan mereka. Tangan kanan Fatimah ketika itu memegang pakaian Husein yang berbekas darah, sedangkan tangan kirinya memegang pakaian Hasan yang pernah dipasangi racun. Ia segera mengadukan perihalnya kepada Allah SWT.
“Wahai Tuhanku, sekarang aku mohon Engkau mengadili mereka yang telah menganiaya putra-putraku.”
Dalam kondisi memanas seperti ini, segera saja Rasulullah bertindak dengan mengatakan :
“Wahai Fatimah puteriku, hari ini sangat diperlukan saling membantu atas setiap diri seseorang, bukan yang lain, apalagi untuk saling menyalahkan dan bersitegang di belantara yang penuh kesulitan ini.” begitu Rasulullah menasehati.
Setelah mendengar saran yang demikian ini, Fatimah pun segera beranjak pergi dan menyerahkan segala urusan kepada Yang Kuasa. Kemudian setiap seseorang yang terbunuh pada pihak yang teraniaya bergegas memasuki surga yang dipimpin oleh Husein bin Ali Ra.
Selanjutnya datanglah para malaikat dengan berseru : “Dimana mereka bertaubat dari segala dosa dengan taubatan nashuha ?”. Sejenak kemudian datanglah Wahsyi, yakni seorang sahabat Rasulullah yang ketika masih kafir telah berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib ketika terjadi perang Uhud dengan membidikkan anak panah. Dan setelah masuk Islam, ia bersumpah untuk membunuh nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab sebagai imbalan atas dosanya yang telah lalu. Ia berhasil membunuh nabi palsu itu ketika terjadi perang Yamamah.
Mendengar ada panggilan itu, Wahsyi segera maju ke depan dan memegang panji-panji. Kemudian di sekitarnya segera berkumpul mereka yang aktif bertaubat dari segala dosa lantas ber-iringan memasuki surga.
Demikianlah panggilan secara terus menerus dikumandangkan yang pada gilirannya tertuju pada mereka yang melaksanakan shalat dengan khusyu’, mereka yang ahli berdzikir, dan orang-orang yang hatinya selalu takut kepada Allah. Panggilan itu mencapai tiga ratus dua puluh jenis, dimana pada setiap jenis diberi panji-panji yang sesuai dengan amal kebajikannya masing-masing. Peristiwa ini akan sesuai dengan firman :
“Dan berangkatkanlah mereka yang bertakwa pda Tuhannya menuju surga dengan berkelompok-kelompok.”(QS 39 : 73)
Syahdan, pada arah yang lain terjadi poemanngilan pula, namun kali ini yang dipanggil hanyalah mereka yang engkar. Maka pertama kali yang datang memenuhi panggilan ini adalah Fir’aun dengan mengenakan mahkota dari api neraka. Dan segera saja di sekitar Fir’aun berkumpul mereka yang bersikap sombong dan congkak ketika hidup di dunia sehingga setiap kebenaran yang datang selalu ditolaknya. Mereka segera digiring menuju Jahanam yang dipimpin Fir’aun.
Para malaikat mengumandangkan panggilan lagi : “Dimana Qabil bin Adam As. sekarang berada ?”. Sesaat kemudian datanglah Qabil dengan leher yang terikat dengan rantai neraka. Kedua belah kakinya pun terbelenggu sedemikian rupa. Dan dengan serta merta seluruh pendengki dan pembunuh biadab segera berkumpul di sekitarnya, kemudian dihela menuju Jahanam.
Pada giliranyya Abu Jahal juga dipanggil sebagai pemimpin mereka yang mendustakan para utusan Allah, Ka’ab bin Asyraf sebagai pemimpin orang Yahudi yang selaslu menutup-nutupi kebenaran, Walid bin Mughirah selaku pemuka mereka yang suka menghinakan fakir miskin, Imriil Qais sebagai pemimpin ahli syair yang membenci agama. Kemudian mereka seluruhnya di hela menuju Jahanam yang kekal abadi selamanya ◙
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar