Pada suatu hari Ibrahim bin Adham yang terkenal sufi itu berada di Makkah, dia bermaksud untuk bermukim disana barang beberapa bulan. Untuk menopang hidupnya, dia membeli beberapa tandan kurma yang banyak dijual di toko-toko di sekitar Masjidil Haram.
Namun pada suastu hari ketika dia berdiri tepat di depan toko untuk membeli kurma, tiada dimengerti ada dua butir kurma yang terjatuh di antara kedua belah kakinya. Ibrahim lantas memungut dan memasukkannya ke dalam kantung yang telah disediakan, dimana dia berkeyakinan bahwa kurma itu termasuk hak miliknya yang telah dibeli. Beberapa saat kemudian dia memakan seluruh yang telah dibeli itu sampai habis.
Sebenarnya dia mempunyai maksud untuk bermukim lebih lama lagi di Makkah, namun ketika itu ada kafilah yang mau berangkat ke Baitul Muqaddas, segera saja hatinya menginginkan untuk berziarah ke sana. Maka dia pun berangkat bersama kafilah itu menempuh jarak yang amat melelahkan hampir dua bulan lamanya.
Setelah sampai disana, dia bercita-cita untuk bisa memasuki Kubbastush Shakhrah (Dome of The Rock), dan ternyata dia berhasil memasukinya. Betapa lega hatinya, kali ini cita-cita yang menjadi dambaan banyak orang bisa digapainya. Ditetenteramkan hatinya untuk memperbanyak ibadah didalamnya dengan khusyu’. Namun di sebelah tembok kiri ada maklumat yang tertulis bahwa “Para hadirin diminta dengan hormat untuk segera keluar setiap ba’da shalat ‘Ashar demi memberi kesempatan para malaikat untuk beribadah disitu.”
Setelah melihat pengumuman itu, hati Ibrahim ingin menyiasati bagaimana agar dirinya bisa tetap didalam Kubbah, tiada lain agar dia lebih leluasa untuk beribadah siang dan malam. Maka tibalah batas waktu yang ditentukan. Para takmir segera bertindak mengeluarkan para hadirin dengan begitu tegas, namun Ibrahim sendiri segera membaca do’a agar dirinya tidak termasuk mereka yang terusir. Ternyata do’a yang dibacanya begitu mustajabah, dimana para takmir tidak melihat sosok Ibrahim yang berada di dekat mereka. Jadilah dia meneruskan ibadahnya hingga menjelang petang. Disaat itu dia merasakan dengan indera keenamnya bahwa para malaikat mulai masuk satu persatu, namun tiba-tiba saja terdengar suara dengan jelas :
“Mengapa kali ini masih ada seorang anak manusia disini.?” tanya seorang malaikat kepada kawannya.
“Oh, biarkan saja, dia bernama Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah dari Khurasan (Iraq Barat).” jawab yang lain.
“Apakah dia orangnya, dimana pada setiap hari begitu banyak amalnya yang diberangkatkan ke langit ?.” tanya seorang malaikat lagi.
“Betul, itu betul sekali. Namun sudah beberapa minggu ini amalnya dihadang untuk naik ke langit tersebab dua butir kurma yang tidak jelas asal-usulnya memasuki rongga perutnya.” sergah malaikat yang lain.
Terperangah hati Ibrahim mendengarkan dialog para malaikat ini. Sekujur tubuhnya seakan tidak bertulang lagi, sendi-serndinya seakan lunglai dan air matanya membasahi tempat sujudnya. Sementara itu para malaikat telah sibuk dengan peribadatannya masing-masing hingga fajar menyingsing.
Pagi-pagi benar para takmir telah membuka kembali Kubbatush Shakhrah, maka dengan cepat Ibrahim keluar dari sana dan langsung mencari kafilah yang akan menuju Makkah. Dan kebetulan saja nasibnya sedang mujur, dimana kafilah itu langsung berangkat. Perjalanan yang ditempuh kali ini dirasakannya agak cepat hingga bisa sampai di Makkah dengan selamat dan sehat wal afiat.
Begitu turun dari kendaraan, Ibrahim segera pergi ke toko penjual kurma, dimana dia memungut dua buah kurma sial itu setahun yang lalu, namun dilihatnya si penjual sudah berganti seorang pemuda. Setelah mengucapkan salam, Ibrahim lantas bertanya :
“Wahai pemuda !, dimana orang tua yang menjaga toko ini setahun yang lalu ?.”
“Oh, itu ayahku dan sekarang telah wafat., ada apa kiranya ?.” pemuda itu balik bertanya.
Segera saja Ibrahim menceritakan pengalamannya ketika berada di Kubbatush Shakhrah. Mendengar cerita ini, pemuda tadi betul-betul merasa kasihan hingga langsung mengatakan :
“Sudahlah pak !, kurma dua butir itu saya ikhlaskan dan halal untukmu.”
“Ahli warisnya kan bukan sampean saja, mungkin ibumu atau saudaramu masih berhak menuntut kurma itu. Untuk itu aku mohon sampean tunjukkan keluargamu, aku akan minta keikhlasan mereka.” sergah Ibrahim mendesak.
Maka pemuda itu pun merasa heran, betapa hati-hatinya orang ini terhadap makanan yang masuk ke perutnya. Kemudian pemuda itu menunjukkan rumah ibunya. Dan sesaat kemudian Ibrahim menuju rumah itu seraya mengetuk pintunya. Maka keluarlah perempuan tua yang berjalan dengan tongkat seraya menanyakan :
“Apa keperluan bapak ?.”
Lantas Ibrahim pun menceritakan lagi dialog para malaikat Baitul Muqaddas itu hingga perempuan tadi begitu terpana dan segera mengatakan :
“Saya ikhlaskan kurma dua butir itu, lapangkanlah hati bapak agar ibadah bapak lebih khidmat lagi.” tukas perempuan tua itu.
“Namun bagaimana cara saya minta keikhlasan pada anak-anak ibu yang lain ?.” sergah Ibrahim.
Segera saja perempuan itu memanggil anak-anaknya dan langsung mengisahkan pula apa yang telah dialami Ibrahim. Dengan penuh ketakjuban mereka pun mengikhlaskan dua butir kurma itu dan malah merasa iba sekali terhadap Ibrahim, dimana perjalanan dari Baitul Muqaddas ke Makkah hanya bertujuan mencari kehalalan dua butir kurma.
Setelah segala rintangan amalnya itu disingkirkan dan dan dibereskan, pada tahun berikutnya Ibrahim pergi lagi ke Baitul Muqaddas dan mengerjakan lagi sebagaimana perilakunya pada tahun sebelumnya. Maka ketika telah berada di Kubbatush Shakhrah itulah dia mendengar pula dialog para malaikat yang mengatakan :
“Sekarang Ibrahim bin Adham datang lagi, itu dia orangnya, namun sekarang seluruh do’a dan amaliahnya sudah tidak diembargo lagi untuk memasuki kawasan langit, hal ini sudah berlangsung sejak setahun yang lalu. Semua itu gara-gara dua butir kurma, kawanku !.”
Demi mendengar dialog ini air mata Ibrahim tumpah ruah mermbasahi lantai karena begitu gembira. Disitu pula dia langsung bernadzar : “Demi Allah !, dalam sisa umurku ini aku hanya akan mengisi perut setiap tujuh hari sekali dengan makanan yang jelas-jelas halalnya, Subhanallah ! ◙
Rabu, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar