Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Musa mengadukan perihalnya kepada Allah SWT:
“Wahai Tuhan, mengapa rezeki yang aku makan mesti memalui tangan-tangan Bani Israel, dimana pada setiap pagi mereka selalu mempersiapkan makananku, juga pada setiap sore?.”
“Demikian itulah Musa, Aku selalu bersikap begitu terhadap para kekasih-Ku. Rezeki mereka selalu Aku lewatkan melalui tangan orang-orang yang banyak menganggur dan tidak banyak beribadah. Hal ini tiada lain agar orang-orang nganggur itu ikut mendapat pahala. Dengan demikian sebaiknya seseorang tidak memandang siapa pun yang memberi terkecuali dari Allah SWT. Dia lah yang telah mendatangkan rezeki itu, Dia pula Yang memerintah mereka untuk memberi rezeki.
Dikisahkan pula bahwa pada suatu kesempatan Syeikh Syaqiq Al-Balkhi mendapat undangan makan beserta lima puluh muridnya. Segera saja si tuan rumah menghidangkan berbagai makanan yang sangat lezat. Namun tiba-tiba Syeikh Syaqiq bangkit seraya mengatakan:
“Wahai para muridku, tuan rumah tampaknya ingin berbuat riya’. Ia seakan mengatakan:
“Barang siapa tidak tertegun dengan hidangan lezatku ini, maka makananku ini haram baginya.”
Mendapat sergapan Syaqiq seperti ini, si tuan rumah kelabakan seraya mengatakan: :
“Wahai Syeikh Syaqiq, apa yang engkau perbuat ?.”
“Aku hanya ingin menguji kedalaman tauhid para muridku, adakah mereka meyakinkan bahwa seluruh rezeki itu hanya datang dari Allah sehingga mereka tidak terpengaruh dengan ucapan miringku itu. Atau mereka berkeyakinan bahwa rezeki itu datang dari kemurahanmu selaku tuan rumah sehingga mereka akan enggan untuk menyantapnya!,” jawab Syaqiq.
Tuan rumah hanya bisa terbengong-bengong karenanya.
■■■
Senin, 04 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar