Menyedekahkan Barang
Yang Diambil Orang
Di pagi yang buta, seorang anak khalifah yang terkenal tegas itu, yakni Abdullah bin Umar bin Khathab (Ibnu Umar) telah kehilangan onta kesayangannya. Ia segera menelusuri dan menyisir tempat-tempat yang diperkirakan sebagai tempat persembunyian hewannya itu. Namun sampai matahari menjelang tenggelam, ia tidak menemukan apa-apa selain kepenatan tubuh yang keseharian dibuat mondar-mandir. Setelah jenuh namun tidak membuahkan hasil, ia segera membuat terobosan.
“Onta yang hilang itu aku dermakan saja kepada sang pencuri.” begitu kata akhir yang diucapkannya.
Setelah itu dia langsung memasuki masjid dan menjalankan shalat sunnah dua raka’at. Sejenak kemudian datanglah seorang lelaki yang menemui dirinya seraya mengatakan:
“Wahai Abu Abdir Rahman (Ibnu Umar), onta Tuan sekarang berada di suatu tempat di bawah sebuah pohon besar itu.”
Ibnu Umar langsung bangkit mendengar informasi akurat ini, namun segera saja ia duduk kembali seraya membaca istighfar dan tidak mau bangkit kembali, aneh!. Maka lelaki tersebut mengatakan kembali:
“Mengapa Tuan tidak segera mengambil onta yang hilang itu?.”
“Aku telah mengatakan bahwa onta itu telah aku sedekahkan ke jalan Allah, titik,” begitu jawab Ibnu Umar.
Lelaki itu hanya tertegun tidak bisa melanjutkan anjurannya kembali, kemudian beranjak pergi entah kemana.
Seorang Syeikh mengatakan bahwasannya pada suatu malam ia bermimpi melihat seorang kawannya yang telah mati seraya mengatakan:
“Bagaimana tindakan Allah terhadapmu, wahai kawan?.”
“Aku telah mendapat ampunan-Nya,” kata kawan itu, “Aku pun telah dimasukkan surga serta diperlihatkan kepada berbagai kedudukanku. Semua itu telah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri”.
“Namun mengapa kau tampak begitu susah, kawan ?.” sambung Syeikh lagi.
Mendapat pertanyaan ini sang kawan tampak menghisap napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya bagaikan melepaskan sebuah beban seraya mengatakan:
“Memang benar aku mengalami kesusahan. Hal itu mungkin akan aku derita sampai hari kiamat tiba.”
“Apa pula penyebabnya?,” sahut Syeikh lagi.
“Ketika aku diperlihatkan kepada berbagai kedudukanku di surga, saat itu pula aku telah melihat beranekaragam kenikmatan ‘Illiyyin, dimana aku belum pernah menyaksikan pemandangan seindah itu. Aku pun sangat bahagia karenanya. Namun ketika aku bermaksud memasukinya, tiba-tiba saja sebuah suara mengatakan:
“Palingkan dan hindarkan lelaki itu dari tempat ini, sebab kawasan ini merupakan bagian orang yang selalu menepati apa pun yang mereka janjikan, juga bagi mereka yang selalu bersedekah ke jalan Allah.”
“Bagaimana maksud bersedekah ke jalan Allah itu?,” tanya kawan itu kepada suara misterius tadi.
“Yaitu tidak mencabut kembali ketika dia telah mengatakan bahwa barang yang hilang telah diniatkan untuk bersedekah ke jalan Allah.”
Terpana sang kawan itu mendengar suara yang langsung mengenai sikap dirinya ketika masih hidup di dunia, dimana dia pernah mengambil kembali barang yang hilang, padahal sebelum ditemukan dia telah berniat untuk menyedekahkan saja kepada yang mengambil.
■■■
Senin, 04 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar