Minggu, 03 Januari 2010

Umar bin Khattab Masuk Islam

Siapa tidak kenal umar bin Khattab Ra., salah seorang pria terbaik pada masa jahiliyah dan terbaik pula dalam naungan Islam.
Sebelum memeluk Islam, kejahiliyahan masyarakat Arab memang sempat menjangkiti Umar. Tradisi-tradisi masyarakat jahiliyah pernah dijalaninya, termasuk minum khamr. Pandangannya terhadap perempuan pun sama seperfi pandangan masyarakat jahiliyah saat itu. Bahwa perempuan hanya merupakan beban bagi kehidupan keluarga, bahwa mereka tidak mempunyai nilai apa-apa, bahwa mereka hanyalah warga masyarakat kelas dua yang bahkan sedngkan kehadirannya tidak diharapkan. Bahkan Umar pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Suatu perbuatan yang kemudian sangat disesalinya setelah ia masuk Islam. Seringkali ia meneteskan air mata saat terbayang dalam ingatannya apa yang telah dilakukannya terhadap putri kecilnya yang tak berdosa itu.
Siapa sangka, kalau bertahun-tahun kemudian, lewat perantaraan seorang perempuan pula, ia mendapat hidayah. Fathimah adik kandungnya yang telah masuk Islam terlebih dahulu bersama suaminya Said bin Zaid, adalah pembuka jalan bagi Islamnya Umar
Saat itu, dalam pejalanannya menuju rumah Arqam bin Abil Arqam untuk mengancam orang-orang yang belah masuk Islam, sebab Umar mendapat kabar bahwa adiknya telah masuk Islam. Umar pun segera mendatangi rumah Fathimah untuk mengetahui kebenaran kabar yang didengarnya itu.
Sesampai di rumah Fathimah, Umar menggedor pintu rumah adiknya dan bertanya tentang kebenaran kabar itu. Fathimah dan suaminya yang membuka pintu bercengang melihat Umar yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah murka. Dalam keadaan terkejut, Fathimah masih sempat menyembunyikan lembaran berisi ayat Al-Qur'an yang disembunyikan dalam pakaiannya.
Said menjawab pertanyaan Umar dengan penuh keberanian dan ketegasan. Mendengar jawaban tersebut, Umar sangat marah. Ia kemudian memukul Zaid. Melihat perbuatan Umar, Fathimah segera maju untuk membela suaminya. Tak pelak pukulan Umar pun mengenai wajahnya. Perlakuan Umar tidak membuat Fathimah gentar Bahkan dengan lantang ia berseru:
"Hai musuh Allah! Kamu berani memukul saya karena saya telah beriman kepada Allah. Berbuatlah apa yang kamu suka, saya akan tetap bersaksi bahwa Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Anehnya, setelah seruan adiknya ini hati Umar melunak. Kemarahannya lenyap seketika mendengar jawaban yang penuh keimanan tersebut. Ia kemudian meminta lembaran yang disembunyikan Fathimah. Fathimah bersedia memenuhi permintaan itu dengan syarat Umar bersedia mensucikan tubuhnya terlebih dahulu. Umar pun menuruti permintaan adiknya, sehingga Fathimah kemudian membacakan ayat demi ayat surah Thaha kepada Umar. Mendengar untaian ayat yang demikian indah dan jelas, hati Umar tersentuh. Tak lama kemudian, di hadapan Rasululiah Saw ia menyatakan keimanannya.
Keislaman Umar ini amat menggemparkan tokoh-tokoh kafir Quraisy. Mereka kini mendapat lawan yang tangguh sehingga akan menemui kesulitan bila merka bertindak semena-mena terhadap ummat Islam yang masih lemah itu, sebab Umar nerada di belakangnya.
Islam telah mengubah Umar secara total, termasuk pandangan dan sikapnya terhadap perempuan. Umar memperlakukan perempuan dengan baik dan menghormatinya sebagai sesama hamba Allah. Umar juga memperiakukan istrinya dengan bak. Ia tak segan membantu pekerjaan rumah tangga sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw. Bahkan hal ini masih terus dilakukannya pada masa ia menjadi khalifah. Ia juga mengajak istrinya berunding dalam memecahkan masalah-masalah rumah tangga. Kedudukannya sebagai khalifah pun tidak membuat Umar keberatan mendengarkan nasihat dari seorang perempuan.
Pada suatu hari, Umar sedang berjalan bersama Jarud bin Al-Abdi ketika itu ia mendengar seorang perempuan berseru:
"Tunggulah sebentar hai Umar! Ada yang hendak saya sampaikan kepadamu."
Umar pun segera berhenti dan tersenyum, siap mendengarkan perkataan perempuan tersebut. Perempuan itu lalu berkata:
“Takutlah engkau kepada Allah mengenai urusan rakyat, dan ketahuilah bahwa barangsiapa yang takut mati, tentu ia juga takut akan kelalaian dirinya.”
Atas keberanian perempuan ini, Jarud menegur perempuan itu, karena menganggapnya tidak sopan. Namun, Umar melarang Jarud seraya berkata:
"Kamu belum kenal kepadanya, inilah Khaulah binti Hakim yang perkataannya didengar oleh Allah SWT.”
Pada suatu ketika Umar juga berlapang dada saat menerima kritik dari seorang perempuan dalam sebuah majelis. Padahal saat itu dia adalah Amirul Mukminin. Perempuan itu mengecam Umar atas kebijakannya membatasi mahar. Setelah mendengar uraian perempuan tersebut, tanpa ragu Umar menerima pendapatnya dengan berkata:
Perempuan itu benar, dan Umar yang salah."
Begitu sikap seorang sahabat Rasulullah yang terkenal tegas dan keras serta ikhlas ini. Pada akhirnya ia menjadi mertua Rasulullah dari seorang putrinya yang bernama Hafshah binti Umar. Juga pemakai gelar Amiril Mukminin pertama kali, serta yang telah berhasil menggentarkan orang-orang kafir Mekah ketika beliau masuk Islam. Dan yang paling dikenang lagi, ia syahid di akhir hayatnya terkena tusukan Abu Lu’luah, seorang budak Mughirah dari Persia. Selamat jalan wahai Al-Faruq, figur yang amat tegas dalam memilah antara yang hak dan yang batil.

1 komentar:

  1. Masya Allah… ada baiknya mengenai cerita Umar ibn Khattab pernah mengubur anak perempuannya itu tidak di ceritakan/di hapus saja, karena cerita itu adalah cerita yang bathil untuk lengkapnya baca http://www.jamaahtabligh.tk/benarkah-umar-ibn-khattab-mengubur-hidup-hidup-anaknya/

    BalasHapus