Minggu, 27 Desember 2009

Pengaruh Musik pada Tubuh

Pengaruh Musik pada Tubuh


Pencemaran lingkungan akibat udara kotor, sampah maupun kebisingan sudah diketahui umum. Yang belum begitu dikenal barangkali, polusi karena musik keras. Apalagi belakangan ini perkembangan musik jenis ini terus melaju dan digemari. Yang lebih penting, bagaimana cara menikmati musik tanpa harus dirugikan.
Kalau suatu ketika jantung Anda berdebar kencang, telinga berdengung atau tiba-tiba otot-otot tubuh menjadi lemas, jangan menyalahkan siapa-siapa. Teliti dulu rak kaset Anda. Lho apa hubungannya? Barangkali Anda tak percaya, gejala-gejala penyakit itu disebabkan oleh pengaruh musik yang Anda dengarkan. We are what we hear ....
Dewasa ini penyelidikan ilmiah mengenai efek suara pada sistem jaringan tubuh manusia menunjukkan, beberapa musik kontemporer tidak melulu memberikan kesejukan dan membuat relaks pikiran, tapi justru merugikan si pendengarnya. Salah satu riset Dr. John Diamond MD, pendiri Institute of Behavioral Kinesiologi, New York, AS, menunjukkan, musik keras bisa menyebabkan otot-otot tubuh manusia melemah. Memang, tak semua musik keras atau hard-rock menimbulkan efek buruk.
Dari sejumlah rekaman musik, diketahui bahwa musik-musik yang merugikan adalah iron MI yang memiliki beat da ... da .... Dalam dunia puisi disebut beat anapes. Yakni sanjak yang berawal dari nada lembut dan berakhir dengan nada menghentak-hentak. Apalagi dengan jeda yang hanya sebentar, sebelum kemudian dilanjutkan lagi.
Beat jenis ini adalah kebalikan dari irama-irama slow. Musik yang bisa digolongkan di dalamnya seperti klasik atau keroncong, meski kadang diawali dengan nada-nada keras tapi secara perlahan berakhir dengan tone yang lembut, Da ... da ... da ... da
Menurut Diamond, di dalam tubuh manusia sendiri iilah ada suara-suara natural. Sebagai contoh, ia merekam bunyi pembuluh nadi dengan peralatan elektronik yang canggih. "Ketika salah satu pasien saya mendengarkan hasil rekaman bunyi pembuluh nadi di pangkal pahanya, ia berteriak terkejut, itu seperti bunyi musik irama waltz," akunya.
Pembuluh arteri utama yang terdapat pada kedua kaki dan tangan manusia memang memiliki bunyi seperti irama waltz. Demikian juga bunyi jantung yang berirama tetap deg ... deg…deg ... deg. Berbeda dengan musik keras yang beat-nya cenderung mengganggu ritme alami di dalam tubuh manusia.

v Merusak sel rambut
Sebelum melangkah lebih jauh, perlu diketahui bagaimana proses fisiologis kerja indera pendengar. Melalui lubang telinga, suara yang masuk menggetarkan selaput kaca pendengaran yang ada di dalam rongga telinga. Getaran ini menggerakkan auditory ossicles (tulang-tulang pendengaran sampai dengan tulang sanggurdi) yang kemudian menggetarkan cairan di cochlea (rumah siput). Gerakan cairan ini membuat sel-sel rambut terangsang. Rangsangan inilah yang ditangkap, saraf pendengaran yang akhirnya diteruskan ke otak.
Manusia normal mampu mendengar suara 20 - 18.000 Hz (satuan suara berdasarkan perhitungan jumlah getaran sumber bunyi per detik). Sementara intensitas atau kekerasan suara diekspresikan dalam ukuran desibel dB). Semua bunyi bisa diukur dB-nya dengan audiometer. Sebagai perbandingan, suara orang berbicara biasa adalah 60 dB, orang berbisik 30 dB, orang berteriak 70 dB, bunyi letusan pistol 85 dB, bunyi jet yang didengar dari jarak 50 m adalah 120 dB. Batas toleransi yang bisa diterima oleh indera pendengar (agar telinga tetap, sehat) adalah bunyi di bawah 85 dB. "Bunyi di atas 85 dB, bisa merusak pendengaran, terutama mematikan fungsi sel-sel rambut dalam sistern pendengaran.
Akibat pertama kalau mekanisme sistem pendengaran terganggu adalah ketulian. Pada tahap permulaan sering kali tidak ditemukan gejala atau keluhan, hanya kadang-kadang terdapat tinihiri (telinga berdenging). Ironisnya, penderi itu baru mengeluh apabila pendengarannya sudah berkurang.
Besarnya pengaruh suara pada manusia memang tergantung pada intensitas dan jangka waktu. mendengarnya, jumlah waktu mendengar serta kepekaan masing-masing termasuk umur si pendengar. Orang lanjut usia biasanya mendapat gangguan yang disebabkan oleh presbiakusis (kurang pendengaran karena usia lanjut). Sehingga tak mudah ditentukan apakah penurunan daya dengarnya, disebabkan oleh pemaparan bunyi atau presbiakusis.
Namun, studi belakangari ini menunjukkan adanya hubungan erat antara bunyi musik keras yang didengar dalam jangka waktu lama, dengan timbulnya gangguari kardiovaskuler, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan sebagainya Artinya, kalau terlalu sering mendengarkan musik-musik keras, proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh manusia dapat terganggu Bahkan lebih parah lagi bisa menimbulkan gangguan psikologis, seperti tekanan mental, cepat tersinggung, stres dan sebagainya.
Ini masuk akal, Bagaimanapun kalau musik-musik keras ini didengar dalam jangka waktu lama, tentu akan beradu dengan ritme di dalam tubuh manusia. Setidaknya, koordinasi gerak otot dan kelenjar kelenjar di tubuh yang sudah punya irama sendiri menjadi terpengaruh. Akibatnya, otak pun ikut terganggu karena jaringan saraf dan otot itu berhubungan dengan otak. Lalu sejauh mana suara musik merusak kesehatan? Orang tentu beranggapan kecuali bunyi-bunyi yang amat bising, tak ada bukti kuat adanya hubungan kausal antara bunyi dengan kelainan fisik.
Dari penyelidikan mengenai tingkat bahaya suara musik keras, bunyi musik di beberapa diskotek di Jakarta antara 100 - 110 dB. Jelasnya, bunyi musik keras itu melebihi ambang batas normal yang ditoleransi telinga manusia, yakni 85 dB. Buktinya, banyak orang mengeluh jantungnya berdebar-debar setelah sering mendengarkan musik keras. Hal itu terjadi karena ada proses pelepasan adrenalin. Memang kalau hanya sekali tidak apa-apa. Tapi kalau setiap hari terhentak-hentak, maka selain sistem pendengarannya rusak, juga terjadi penyempitan pembuluh darah. Karena pembuluh darah menyempit, oksigen berkurang. Akibatnya pembuluh darah kurang lentur, jaringan ototnya pun demikian. Memang dampak seperti ini tidak muncul seketika. Setelah 5 - 10 tahun orang yang bersangkutan baru akan merasakan.

v Mengganggu Binatang dan Tanaman
Ternyata manusia bukan satu-satunya makhluk yang bisa terkena dampak buruk musik-musik keras. Para petani sapi perah di Iowa, AS, membuktikan bahwa hewan pun merasakan hal yang sama. Nyatanya, produksi susu menurun ketika sapi-sapi mereka mendengar musik keras, terutama yang memiliki beat anapes. Sebaliknya, para peternak ayam di Missouri menyetel lagu-lagu klasik, agar ayam ternaknya tidak mogok bertelur.
Pengalaman Dr. T.C. Singh, ilmuwan dari India Timur, tidak jauh berbeda. Ia menemukan fakta, nafsu makan ayam kalkun menurun ketika mendengarkan bunyi musik keras. Tetapi mereka menjadi rakus, setelah setiap pagi diperdengarkan lagu-lagu pujian keagamaan yang lembut dari kawasan India Selatan. Hal yang hampir sama terjadi setelah dibukanya kawasan bandara Cengkareng. Populasi burung jenis tertentu di Kepulauan Seribu yang dekat dengan lintasan jalur penerbangan, menurun. Bagaimana bisa bertelur, setiap kali mau enak enak bertengger dikagetin bunyi mesin jet. Fenomena unik ini membuat penyanyi mezosopran Dorothy Retallack dari AS, tertarik menekuni pengaruh musik pada sistem kehidupan di tempat mengajar musik di Temple Buell College di Denver, ia menyelidiki pengaruh jenis musik atas tumbuh-tumbuhan. Menggunakan chamber biotronic environmental. Retallack melakukan sejumlah percobaan terhadap tanaman dan pohon bunga. Sebagian tanaman itu disodori musik klasik seperti karya-karya Haydn, Beethoven, Brahms dan Schubert, .sementara beberapa tanaman lain disodori musik rock. Setelah beberapa bulan, ternyata keduanya menunjukkan perilaku yang amat berbeda. Tanpa terkecuali yang disodori musik klasik tumbuh subur? Uniknya, tanaman ini menjalar condong mendekati bahkan merambat mengelilingi sumber bunyi (speaker). Di lain pihak, tanaman yang disodori musik rock malah merambat menjauh dari sumber bunyi. Sebagian di antaranya mati sebelum sempat berdiri. Setelah diselidiki, ternyata sistem akarnya amat sulit berkembang.

v Cara sehat dengar musik
Kalau seni rupa berucap dengan garis, warna dan bidang, lalu tari dengan tubuh, dan sastra dengan kata, tak bisa lain maka musik dengan bunyi. Dalam arti umum, selain memberi hiburan, musik bisa juga berfungsi sebagai obat atau terapi (music as drug). Yang disebut belakangan ini terutama banyak dipakai di kalangan psikiater. Musik lembut, seperti gamelan atau keroncong, secara tak langsung memang bisa memberi nuansa yang menyejukkan pikiran, sehingga orang yang stres bisa terhibur, tenang dan tidak terburu-buru.
Yang jadi masalah, bagaimana cara menyiasati musik keras di telinga dengan nada yang mengentak-entak. Artinya, bisa menikmati musik keras tanpa harus menanggung efek negatif yang ditimbulkan. Ada petunjuk agar kita bisa menikmati musik tanpa dirugikan. Salah satunya, jangan terus-menerus mendengarkannya. Tapi selang beberapa waktu, harus istirahat sebelum meneruskan kembali.
Untuk lebih mudahnya, cara menangkal polusi musik keras bisa dilakukan dengan memakai pedoman tentang pengaruh bising yang dikaitkan dengan waktu pemaparan, waktu istirahat dan waktu maksimal yang masih aman dalam menit per hari, yang dikeluarkan Simposium Suara di Universitas Adelaide, Australia, Februari 1968, (Pedoman ini pun sampai sekarang masih dipakai Departemen Tenaga Kerja RI untuk mengatur tingkat pencemaran akibat kebisingan industri).
Dengan daftar itu dapat di ketahui berapa lama seseorang boleh mendengarkan musik keras secara terus-menerus dengan intensitas tertentu, agar pendengaran tidak rusak. Ini tidak berarti bahwa musik-musik keras harus dihindari. Tapi yang lebih penting adalah cara kita menikmatinya, sehingga indahnya seni yang terpapar lewat musik tersebut bisa tersampaikan. Sementara pihak yang mendengar tidak terkena dampak negatif polusinya.

v Pengaruh Harpa pada Bayi
Kalau musik-musik bernada keras bisa merusak kesehatan, dentingan senar-senar harpa justru berfungsi sebaliknya. Irama lembut instrumen kuno ini terbukti punya "kekuatan alam" yang luar biasa bagi pertumbuhan bayi prematur.
Di kalangan para dokter dan perawat ICU bagian pediatri Wake Medical Centre, North Carolina, AS, Anna Lee Crumpton dikenal sebagai "dokter ahli" dengan praktek pengobatan khusus. Berbeda dengan kebanyakan dokter yang menyembuhkan pasiennya dengan jarum suntik dan obat-obatan medis, Lee cukup dengan tangan kosong.
Setiap minggu, selama beberapa jam, ia yang juga seorang pemain harpa profesional, bertugas memberi "terapi" kepada bayi-bayi prematur di rumah sakit itu dengan alunan musik lembut yang meninabobokkan. "Permainan harpa saya bisa membuat bayi-bayi penghuni inkubator itu merasa nyaman, relaks, degup jantungnya menjadi lembut dan akhirnya tertidur pulas. Cara ini membantu proses penyimpanan energi yang menyebabkan berat badan naik. Penambahan berat badan ini amat berarti bagi mereka untuk bisa terus bertahan hidup dan tumbuh besar," ujar Lee.
Barangkali Wake Medical Centre merupakan satu-satunya klinik di AS yang menerapkan terapi bayi menggunakan musik. Sudah sejak 8 tahun lalu Lee menjalani profesi kemanusiaan yang termasuk unik ini. Pengalaman pertamanya bermain musik di bagian perawatan bayi prematur, amat mengesankan.
Suatu ketika masuklah di unit itu, seorang bayi bernama Tiffany yang dilahirkan dengan usia kandungan baru 3 bulan. Kerjanya hanya menangis. Tiffany selalu menolak setiap kali diberi susu botol. Di luar dugaan, ketika mendengar suara mainan harpa ia lantas tertidur. Saat terbangun, untuk pertama kalinya sejak dilahirkan ia mau minum susu botol penuh," ujar Julie Henry juru bicara klinik tersebut.
Karena jasa-jasanya itulah, Lee mendapat julukan "malaikat dengan sebuah harpa". Betapa tidak? Karya musiknya mampu memberikan kebahagiaan dan semangat hidup para bayi prematur. Ini satu lagi bukti, betapa pengaruh musik amat besar dalam kehidupan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar