Kamis, 24 Desember 2009

Asparagus yang di Pasaran amat Bagus

Asparagus yang di Pasaran amat Bagus


PT Swakarya Tani di Kabanjahe Sumatera Utara. Setiap minggunya perusahaan ini mampu mengekspor 2-3 kontainer asparagus kaleng secara rutin ke Jerman, Jepang, dan Malaysia. Berikut ini hasil perjalanannya:
Banyak sekali tanah di Kabupaten Tanah Karo yang cocok untuk ditanami asparagus secara intensif. Terbukti usaha ini telah menuai pemanenan yang menghasilkan rebung dengan kualitas prima.
Pembibitan akan lebih baik dilakukan sendiri dan menekan ongkos produksi asparagus. Selain itu iklimnya juga sangat mendukung, dan prospeknya sangat baik terutama untuk ekspor. Penanaman asparagus pertama dimulai tahun 1990 di Brastagi dan Kabanjahe seluas 200 hektar. Dalam waktu hanya satu tahun areal penanaman telah berkembang menjadi 500 hektar, Menurut Haryanto, rencananya sampai akhir tahun 1993 luas areal penanaman akan bertambah lagi menjadi 1.000 hektar. Tidak hanya di Brastagi atau Kabanjahe saja, melainkan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Karo.

v Membibitkan sendiri
Penambahan areal penanaman yang cukup besar dalam waktu singkat tentu saja membutuhkan bibit siap tanam dalam jumlah besar. Untuk menghemat biaya PT STK mulai melakukan pembibitan sendiri. Pusat pembibitannya terletak di desa Pancur Batu, kurang lebih 15-20 menit perjalanan dari Medan ke arah Brastagi. Ada dua tempat pembibitan di desa tersebut, masing-masing memakai sistem yang berbeda.
Di tempat pembibitan yang pertama dipakai sistem bedengan. Sementara di tempat pembibitan yang kedua sistem yang digunakan adalah polybag. Pada tempat pembibitan pertama tanaman asparagus tampak teratur dan terawat dengan baik. Sebab perawatan yang dilakukan mirip perawatan untuk tanaman asparagus dewasa: Hingga tanamannya pun tampak tumbuh dengan sehat, meskipun masih berukuran kecil-kecil. Bibit di bedengan ini hampir seluruhnya varietas Brock's Improved. Menurut

Menurut Haryanto, pembibitan ini dipersiapkan untuk pengembangan areal penanaman seluas 150 hektar. Pada saat itu banyak pekerja yang sedang mencabuti gulma dan rumput-rumputan dari bedeng pembibitan. Hal ini rutin dilakukan agar pertumbuhan bibit asparagus tidak terganggu.
Di tempat pembibitan kedua tanaman rata-rata sudah berumur 4 bulan atau telah siap pindah. Hingga tampak besar-besar dan tumbuh rimbun tak teratur bersaing tinggi dengan semak di sekitarnya Rata-rata akar tanaman ini sudah menembus polybag, karena pertumbuhannya cepat tetapi media tumbuhnya terbatas. Pembibitan dibuat dalam blok-blok menurut varietas asparagusnya, dan ditandai dengan patok yang warnanya berbeda-beda.
PT STK membibitkan asparagus sendiri karena bznyaknya bibit dari luar yang kurang cocok atau terkeha hama bila ditanam di sini. Hasil asparagus bibit lokal justru lebih bagus karena tanaman sudah beradaptasi dengan lingkungan semenjak masih kecambah.

v Produksi masih rendah
Kebun asparagus PT STK terletak di sekitar Kabanjahe dan Brastagi. Kondisi tanaman asparagus di lahan inti dan plasma yang tersebar di beberapa tempat itu kondisinya tidak seragam. Perbedaan kondisi itu lebih disebabkan oleh perawatan yang berbeda dari masingmasing petani pemilik. Selain itu perbedaan pertumbuhan juga terlihat menyolok sekali antara lahan beririgasi teknis dengan lahan tadah hujan. Di desa Sukamakmur pertanaman asparagus tampak bagus karena lahannya beririgasi teknis. Daunnya tampak hijau tua segar dengan sosok tanaman yang besar dan subur. Sementara yang berada di desa Perteguhan daunnya terlihat kering dan agak kekuningan warnanya serta tanamannya kurus-kurus karena lahan di sana belum berpengairan teknis.
Agaknya hal inilah yang menyebabkan kualitas asparagus dari satu petani dengan petani lainnya tidak sama ketika melihat asparagus setoran mereka. Perawatan yang kurang intensif menyebabkan asparagus yang dihasilkan tidak lurus dan besarnya kurang maksimum atau bahkan kebesaran. Selain itu warnanya juga campuran putih-hijau atau putih-violet. Sementara petani yang rajin

Ketidakdisiplinan panen membuat rebung banyak yang hijau atau violet merawat dan memeriksa tanamannya setiap hari akan mendapatkan asparagus yang lurus dengan diameter seperti yang diinginkan dan warnanya putih mulus. Rata-rata petani asparagus dapat memanen hasil sekitar 20-75 kg per hektar per harinya.
Tanaman asparagus di lahan-lahan pertanaman umumnya tidak sama jenisnya. Sebab memang dari dulu PT STK, selalu berganti-ganti varietas terus. Semua jenis yang ada dicoba untuk dikembangkan, misalnya Lucullus, Schwetzinger, UC 800, Marry Washington, California 309, California 500, dan Brock's Improved. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan varietas yang mampu berproduksi tinggi dan tahan penyakit.Menurut Haryanto semua varietas asparagus itu tumbuhnya baik begitu juga produksinya. Tetapi menanam menggunakan bibit ongkos produksinya lebih tinggi dibandingkan menggunakan benih. Sebab harga bibit asparagus relatif lebih tinggi daripada benih.

v Diproses secara modern
Setelah melihat-lihat Iahan kami menuju Tongkoh untuk melihat proses pengalengan asparagus. Tongkoh terletak di luar Brastagi ke arah Medan, melewati gerbang Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Pabrik ini terletak di tengahtengah kebun sayuran rakyat. Agak terpencil dan dijaga ketat.

Di dekat ruang tamu gedung itu terdapat laboratorium kecil yang akan memeriksa segala hal yang berhubungan dengan pengalengan asparagus. Siang itu kebctulan ada petani yang terlambat setor hingga kami bisa melihat pro ses penerimaan asparagus oleh pabrik. Asparagus yang datang langsung ditimbang, dicatat, dibawa masuk ke dalam ruang pencucian. Di situ asparagus yang masih dalam keranjang disemprot dengan air mengalir. Lalu dialirkan ke dalam mesin pencuci yang otomatis membersihkan asparagus satu per satu dari semua kotoran. Mesin ini mempunyai sikat yang terus berputar, pada saat yang sama air pun terus mengucur hingga asparagus bersih.
Ketika keluar, asparagus langsung disortir menurut besarnya. Kemudian dicatat kembali mutu yang didapat pada hari itu dari masingmasing petani. Kemudian catatan akan ditempel di papan-papan pengumuman di setiap tempat pembelian hingga setiap petani tahu siapa yang berprestasi menghasilkan rebung berkualitas bagus dan tinggi produksinya.
Asparagus yang telah selesai dicuci akan direndam dalam air dingin, selanjutnya dibawa ke ruang pemotongan dan "blanching" untuk diproses hingga siap untuk dikalengkan. Di ruang ini pula asparagus dimasukkan ke dalam kaleng sesuai dengan volume kalengnya. Pemrosesan dilakukan dengan mesin-mesin modern dari awal hingga akhir. Jika pengalengan telah selesai asparagus dibawa ke ruang sterilisasi selanjutnya disimpan di gudang. Ditumpuktumpuk maksimal empat susun kelompok kaleng. Sampa; saat ini kemampuan produksi dari pabrik baru 40 persennya saja, yaitu sekitar 7 ton dari kapasitas produksi terpasang yang 20 ton per hari.
Limbah dari pabrik berupa potongan kecil asparagus, kulit luar, dan rebung-rebung hi jau maupun putih yang tidak dipakai lagi oleh pabrik dibawa ke areal-areal penanaman untuk dibenamkan ke dalam lahan sebagai pupuk hijau.
Jika dalam waktu dua minggu tidak ada perubahan yang terjadi pada kalengkaleng yang disimpan di gudang maka bisa dilakukan penempelan label pada tiap-tiap kaleng. Hingga kaleng siap untuk dipasarkan.
Saat ini label yang ditempelkan masih berupa label merek perusahaan pengaleng asparagus yang sudah terkenal di Jerman Barat. Menurut Haryanto tahun 1993 ini akan mulai dicoba menggunakan merek sendiri dengan mencantumkan kata buatan Indonesia.



v Bibit Luar Negeri
Selama ini baik bibit maupun benih asparagus masih harus diimpor. Tetapi beberapa petani asparagus di Malang rupanya telah berhasil membuat bibit yang dulunya diimpor. Bibit impor biasanya berupa crown (rhizome atau umbi batang), yang harganya tentu saja masih relatif mahal (sekitar Rp 1.250,00) dibandingkan bibit lokal yang hanya Rp 200,00. Sedangkan benihnya per kilo sekitar Rp 25.000,00-50.000,00. Saat ini PT. Indoland Pratama Sejahtera, distributor benih di Jakarta, sudah mampu menghasilkan bibit asparagus Mary Washington yang siap tanam. Bibit dapat dipilih yang berumur 1 atau 1,5 bulan, dengan harga masingmasing Rp 1.000,00 dan Rp 1.500,00 per polibag yang berisi satu tanaman.
Ada beberapa kulivar asparagus yang sudah umum ditanam di Indonesia. Yang pertama, Mary Washington (MW) dari Amerika, dengan rebung kecil-kecil tetapi berumpun banyak dan tahan penyakit. Kemudian, jenis Jersey Giant dari Amerika, yang berserat banvak lebih resisten terhadap serangan jamur dan dapat dipanen dengan periode yang lebih panjang. Glory Van Broenskwijk (GB) dari Belanda, yang berumpun tidak terlalu banyak tetapi rebungnva besar-besar dan lunak, dan Roem Van Broenskwijk serta Boon Lim dan Backlim yang juga dari Belanda. Yang dari Jerman Lucullus dan Scha•etzinger Meisterchuss.
Menurut Jobs W. Hofste, ada kultivar asparagus yang sebaiknya dikhususkan untuk produk segar atau kalengan. la sendiri, yang mengebunkan sekaligus mempunyai pabrik pengolah asparagus, memilih kultivar Amerika dan Belanda.

Sayangnya ia tak mau menyebutkan namanya. Penggolongan kultivar asparagus menurut keperluannya memang bisa menghasilkan mutu yang baik.

v Kendala
Sayuran sub tropis ini menuntut kriteria suhu, intensitas cahaya, keadaan tanah tertentu agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Namun nyatanya di Indonesia yang beriklim tropis, tanaman ini juga dapat tumbuh baik pada ketinggian yang dikehendaki (800 meter dpl) dan membentuk rebung setiap hari, sehingga bisa dipanen setiap hari- tak terkecuali saat musim kering, asal pengairannya baik. Padahal di negara sub tropis rebung hanya dapat dipanen selama 1,5-3 bulan saja setiap tahunnya. Di Jerman, panen asparagus hanya berlangsung pada akhir Maret sampai akhir Juni. Jadi Indonesia lebih beruntung, dapat memanen setiap hari sepanjang tahun selama 10-15 tahun. Tetapi menurut Konsultan Balai Penelitian Hortikultura Lembang. "Umumnya tanaman akan tumbuh mudah dan cepat selama 2 tahun, kemudian akan menurun setelah 3-5 tahun. Untuk itu sebaiknya tanaman dipanen hanya selama 2 bulan dan istirahat selama 4 bulan. Atau dengan meninggalkan 2-4 batang per tanaman dan memanennya setelah muncul tunas. Panen dilakukan selama 3 bulan saja dan diikuti 3 bulan istirahat." Metode yang kedua ini dikenal sebagai metode adopsi cara Taiwan (Mother fern method).
Jadi sebenarnya, kalau dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh dari bertanam asparagus di Indonesia cukup besar. Namun anehnya, banyak petani yang'gagal bahkan gulung tikar. Menurut Djoko Iskandar, Direktur Utama PT. Hatari, kegagalan ini lebih disebabkan oleh tingkat usaha yang 'nanggung'. Artinya bila volume produksinya diperbesar sedikit akan berlebih untuk pasar dalam negeri dan dapat membuat jenuh pasar, tapi belum mencukupi untuk ekspor. Karena itu lebih baik usaha dimulai dari skala kecil, sehingga bila terpaksa merugi, kerugian yang diderita tidak sekaligus besar. Sedangkan menurut jobs W. Hofste, hambatan utama mengusahakan asparagus di Indonesia hanya pada masalah budidaya dan manajemen saja. Misalnya varietasnya yang tidak sesuai dengan kondisi iklimnya dan cara perawatan yang kurang baik. Atau pengelolaan manajemennya yang tidak tepat. Dengan kata lain, bila kedua masalah itu bisa diatasi, tidak ada halangan lagi. Hal senada juga diucapkan oleh G.J.H. Grubben, "Kegagalan budidaya komoditas ini lebih disebabkan oleh pemilihan lahan yang tidak tepat serta' manajemen yang kurang. Tetapi penyebab utamanya adalah besarnya investasi untuk membeli bibit-bibit impor yang belum pasti tumbuhnya di Indonesia."
Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah asparagus berbeda satu sama lain, walaupun perbedaan itu tidak terlalu mencolok. PT. Botanindo Paradise Farm misalnya, menetapkan bahwa asparagus harus lurus, cukup tebalnva, dan segar. Panjang yang' putih 21 cm dan yang hijau 26,5 cm. Sedang perbedaan kelas dihitung berdasarkan diameternya. Kelas D diameter rebungnya sekitar 8-10 mm, kelas C 10 -16 mm, kelas B 16-20 mm, kelas A 20-28 mm dan kelas AA lebih dari 28 mm.
Sementara ittt, PT. Sasta Kirana yang berkebun di Leles. Garut menetapkan kelas A bila rebungnya masih putih tanpa bintik-bintik dan panjangnya 24 cm, kelas B rebung telah keluar di atas permukaan tanah sekitar 510 cm dan panjang rebung yang diambil 24 cm, dan terakhir kelas C bila rebungnya telah keluar di atas permukaan tanah setinggi 25-30 cm dan berwarna hijau.
PT. Swakarya Karo Tani Lestari menetapkan standar mutu kelas A bila panjang rebung 12-22 cm, berwarna putih mulus, kuncupnya belum terbuka, segar dan diameternya sekitar 16-22 mm. Kelas B panjang rebung 12?3 cm, putih, segar dan berdiameter 10-16 mm, serta kelas C mempunyai panjang 12-22 cm dengan diameter 10-12 mm. Harga masingmasing kelas adalah, A Rp 1.500,00/kg, B Rp 1.250,00/kg dan C; Rp 1.000,00/kg.

v Standar Mutu
Negara pesaing Indonesia dalam hal ini adalah Taiwan, vang pertama memasok ke Eropa. Tetapi karena prioritas Taiwan saat ini lebih ke bidang industri maka tempat itu bisa digeser. Lagipula, akhirakhir ini negara pulau itu juga mulai mengalami kendala laban maupun tenaga kerja. Negara pesaing lainny•a adalah RKC, Negeri Belanda, dan Amerika Serikat. Kualitas asparagus Indonesia tidak kalah dibanding negara-negaca pesaingnya, bahkan konon kabarnya asparagus Indonesia lebih enak rasanya dan lebih disukai. Harga ekspor asparagus di pasar dunia saat ini sekitar 6-8 US dollar (Harga FOB), atau sekitar 15-18 US dollar per boks isi 12-24 karton (1 karton = 60 kg).
Sayangnya, tuntutan ekspor asparagus ke manca negara belum diimbangi dengan teknlk budidaya yang baik. Tak heran bila Indonesia belum mampu memenuhi permintaan para eksportir. Padahal ditilik dari budidayanya cukup mudah, hanya perlu perawatan yang intensif. Asparagus ditanam untuk diambil rebungnya. Tanaman ini cocok ditanam di dataran tinggi, seperti Batu dan Pujon dekat Malang yang tingginya 1.200 m di atas permukaan laut. Suhu udara antara 26 clan 27°C. Pada tanah yang gembur berpasir seperti jenis andosol dengan pH berkisar 6-7, tanaman akan menghasilkan rebung yang cukup besar. Kalau diatur penanamannya, rebung dapat dipanen setiap hari: Syarat mutlak untuk membudidayakan asparagus adalah cukup penyinaran dan pengairan yang baik.

v Perawatan Benih
Bibit yang ditanam bisa berasal dari biji bisa juga dari rhizome. Namun berhubung impor rhizome saat ini sudah dilarang, maka salah satu alternatif lain adalah menanamnya dengan biji. Untuk itu, sebaiknya biji direndam dulu dalam air. Kaiau biji ini tenggelam, berarti dapat digunakan sebagai bibit, namun bila mengapung sebaiknya dibuang saja. Sebelum disemaikan biji ditunaskan di atas nampan plastik yang dialasi kain basah. Setelah itu nampan ditutup, agar suhu di bawah tutup cukup untuk mendorong pertunasan.
Kurang lebih satu minggu, biasanya biji sudah bertunas clan siap dipindahkan ke polybag bervolume 1 kg. Kantung ini sudah diisi pupuk kandang dan pasir (tanah berpasir) dengan perbandingan1:1. Agar dapat tumbuh dengan baik tanaman perlu dipupuk NPK 2 gram, setiap 20 hari sekali. Setelah tanaman berumur satu bulan, dosisnya diperbesar. Pemberian pupuk dilakukan terus sampai tanaman berumur S bulan. Sesudah itu, tanaman dipindahkan ke lahari penanaman.
Sebelumnya polybag berisi bibit ditaruh di tempat pembibitan yang berbentuk rumah tak berdinding clan beratap rumbia. Tujuannya agar bibit terhindar dari panas clan hujan. Untuk penyulaman perlu disediakan 10 % bibit ekstra.
v Persiapan Lahan dan Pemupukan Dasar
Sebelum ditanami tanah perlu diolah dulu agar gembur. Namun bila telah gembur, seperti di Pujon, tanah dapat langsung digali memanjang membentuk parit untuk lubang tanam. Tinggi galian 45 cm dan lebar 40 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan panjang lahan.
Tiap hektar lahan perlu pupuk kandang 200 m3 serta 200 kg TSP, 200 kg ZA, dan 100 kg KCl yang dicampur bersama 4 kg furadan. Karena pH tanah di Pujon sekitar 5,6, maka perlu dilakukan pengapuran dengan 200 kg dolomit. Campuran itu dimasukkan ke dalam parit dan diaduk rata dengan tanah.

v Penanaman dan Pemupukan
Umur 8 bulan dalam polybag, tanaman segera dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan. Jarak antar tanaman 40 cm, jarak antar baris 1,25 m. Pemupukan dilakukan lagi pada umur 1,5 bulan dan 3 bulan setelah tanam. Yang digunakan hanya pupuk buatan, dengan dosis masingmasing 100 kg TSP, 100 kg ZA, dan 50 kg KCI. Pupuk ir.i ditaburkan di sekitar tanaman. Satu tahun setelah tanam, pada awal dan menjelang akhir musim hujan diberi lagi pupuk buatan dengan dosis masing-masing 200 kg TSP, 200 kg ZA, dan 100 kg KCI. Pada saat yang sama pupuk kandang diberikan lagi dengan dosis 200 m3.

v Perawatan
Untuk mendapatkan rebung putih dan hijau yang berkualitas baik setiap 3 bulan sekali dari awal tanam, tanaman perlu dibumbun. Selain itu gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dicabut. Pada musim kering tanaman perlu sekali-sekali disiram, namun pada musim hujan hal ini tidak perlu dilakukan.
Penyakit-penyakit yang sering menyerang adalah Erwinia yang menyebabkan busuk rebung terutama pada musim hujan, Botritis yang mengakibatkan daun menguning dan rontok, Rust alias bercak cokelat pada batang dan daun, serta Schilophinia atau layu pada tanaman muda.
Pencegahannya dengan menyemprotkan pestisida secara teratur seminggu sekali. Namun bila sudah terserang Batritis, Rust, atau Schilophinia sebaiknya tanaman dipotong dan langsung dibakar.
Hama yang gemar mengganggu tanaman ini di antaranya ulat dan serangga dari jenis Orthopthera yang senang mengisap rebung. Pencegahannya ialah dengan tnenyemprotkan insektisida seminggu sekali, dengan dosis sesuai label.
v Panen Pasca Panen
Panen sudah dapat dilakukan saat tanaman berumur 17 - 24 bulan. Sebelum dipanen tanaman induk yang telah tua dipotong habis, sisakan hanya 3 - 4 tanaman yang masih muda. Kemudian tumbuhkan lagi tanaman baru. Satu bulan setelah tanaman yang baru itu tumbuh, rebung baru sudah dapat dipanen. Tiga bulan setelah dipanen, tanaman tua perlu dipotong lagi dan ditunggu sampai tanaman yang baru itu tumbuh, baru dipanen lagi, begitu seterusnya. Sebenarnya pemotongan tanaman tua tergantung dari iklim. Saat musim hujan pemotongan dapat dilakukan 4 bulan sekali. Sementara pada musim kering panen sebaiknya dikurangi demi pertumbuhan rebung pada panen berikutnya.
Untuk mendapatkan rebung putih yang segar, caranya adalah dengan mengawasi tanaman setiap hari secara seksama. Bila tanah di sekitar tanaman terlihat metekah berarti rebung siap dipanen. Cara memanennya adalah dengan mematahkan rebung dengan hati-hati. Bila keesokan harinya masih ada rebung yang kira-kira bisa dipanen beri tanda dengan menancapkan kayu atau lidi berwarna. Sedangkan bila ingin memanen rebung hijau, tunggu sampai rebung keluar dari permukaan tanah setinggi 15 - 20 cm atau sesuai dengan selera konsumen.
Setelah selesai dipanen, rebung dapat segera dimasukkan ke freezer (lemari pendingin), namun bila tak punya freezer rebung bisa dimasukkan ke dalam keranjang plastik dan segera ditutup dengan lap basah. Bila ingin dikalengkan, setelah panen rebung harus segera diangkut ke pabrik pengalengan.

3 komentar:

  1. Assalamu'alaikum

    mau info lebih lengkap lagi tentang asparagus. untuk PT. Indoland Pratama Sejahtera beralamat dimana dan bagaimana cara order? berapa harga asparagus di pasaran indonesia? syukron...

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  2. Halo...
    Bolehkah saya mengetahui alamat dan no. telp lengkap pt STK Berastagi. Terimakasih atas perhatiannya....

    BalasHapus
  3. Mantap infonya, sangat membantu.


    Muhammad Jufri

    BalasHapus