Selasa, 29 Desember 2009

Mengatasi Anak Gemuk

Mengatasi Anak Gemuk



Bagaimana Jamil tidak gendut imut-imut. Setiap dua atau tiga hari sekali, kalau tidak minta dibelikan ayam goreng Amerika, ya makan pizza atau hamburger. Kalau tidak nasi, ia pesan kentang goreng. Minumnya pun memilih minuman ringan, tak mau air putih. Masakan ibu di rumah hampir tidak dijamahnya kalau bukan bistik, telur ceplok, atau ayam goreng. Payahnya lagi, Jamil tidak suka sayuran. Berat badannya yang 75 kg mesti umurnya baru 11 tahun dan tingginya baru 148 cm. Ia sering menjadi bahan olok-olokan teman-temannya di sekolah. Tapi ia cuek saja.
Rupanya Jamil sudah kecanduan makanan berat-berat seperti itu. Kalau sedang makan, ia amat mengesankan, senang memang kalau melihat anak ini makan. Tapi ya itu, tidak cuma badannya tambah mekar, tapi ia sering mengeluh pencernaannya terganggu. Orang tuanya mulai kewalahan bagaimana menghentikan kebiasaan makan enak anaknya ini. Belum lagi soal menurunkan berat badannya.

v Makanan Tradisional
Kegemukan Jamil mungkin tidak terlalu menjadi masalah kalau pola makan sehari-harinya tidak demikian. Yang perlu dikhwatirkan justru konsumsi lemak yang berlebihan tapi miskin serat in, karena bisa membahayakan kesehatannya.
Kegemukan pada anak bisa karena faktor keturunan. Menurut sebuah penelitian di Hong Kong, risiko obesitas (kegemukan) pada anak-anak di sana 5 kali lebih besar bila kedua orang tuanya gemuk. Bila salah satu orang tuanya gemuk, kemungkinan obesitas menjadi 3,7 kali. Namun jika anak yang berbakat gemuk kurang diatur pola makannya sehari-hari sejak dini, mudah mengalami kasus seperti Jamil.
Selain faktor keturunan, kegemukan pada anak bisa juga akibat pola makan sehari-hari yang keliru sejak kecil. Di Hong Kong soal pola makan yang salah pada anak-anak seperti ini kian dibicarakan. Pasalnya, pola makan tradisional kini sudah banyak ditinggalkan masyarakat negeri padat penduduk in, diganti dengan pola makan ala Barat yang hanyak mengandung lemak tapi kurang serat, alias miskin sayuran. "Kalau dulu, nasi dan sayur-mayur menjadi makanan utama, sekarang makanan utama beralih ke diet ala Barat."
Memang merisaukan, kalau kecenderungan pola makan seperti ini dibiarkan, pada masa-masa mendatang bukan tidak mungkin akan semakin banyak penderita penyakit akibat kolesterol tinggi. Berarti pula, penyakit jantung koroner semakin mengancam kaum muda. Belum lagi ancaman penyakit lain!
Menurut ahli, makanan sehari-hari tradisional Cina kandungan lemaknya masih lumayan "baik" dihandingkan dengan makanan ala Barat. Makanan Cina rata-rata hanya mengandung 29% lemak, sedangkan makanan fast food ala Barat sekitar 38 - 40% lemak atau lebih. Bahkan belakangan ini anak-anak di negeri ini dianjurkan banyak minum susu dan makan keju, yang katanya banyak mengandung kalsium. Mereka tidak menghitung berapa banyak lemak yang terkandung dalam kedua makanan tersebut. Padahal makanan tradisional yang terdiri atas sayuran hijau, seperti brokoli, sawi, kedelai, kacangkacangan, dan lain-lain 'kan tidak kalah kandungan kalsiumnya," keluh para dokter anak di sana yang semakin prihatin melihat kenyataan itu.
Ditambah lagi kenyataan bahwa kebanyakan anak Hong Kong tinggal di flat yang sempit. Mereka kurang berolahraga, karena semua flat memakai lift, bukan turun-naik lewat tangga. Ke sekolah pun mereka naik bus sekolah. Lalu, kapan jalan kakinya? Ada usaha untuk menanggulangi masalah ini lewat sekolahan, yakni dengan menyajikan menu makanan yang dapat diterima oleh orang tua maupun si anak. Ada lagi program "Trim and Fit" (TAF) atau "Langsing dan Sehat" di mana anak gemuk bersama orang tuanya dapat datang berkonsultasi.

v Sedap belum tentu Sehat
Bagaimana dengan anak-anak di kota-kota besar di Indonesia saat ini? Secara sepintas tidak jauh berbeda, terutama dalam pola makannya. Contohnya Jamil si gendut imut-imut itu. Bagaimana anak seperti Jamil tidak ngiler mencium aroma makanan nan sedap ketika ikut ibunya berbelanja dan lewat di depan restoran-restoran fast food yang merambah pusat-pusat perbelanjaan modern.
Memang bukan 100% kesalahan si anak. Orang tua mungkin juga ikut andil, memperkenalkan makanan yang di negeri asalnya sering diledek sebagai junk food, makanan sampah. Kalau mereka telanjur kenal, coba tanyakan kepada anak-anak kita, "Mau makan apa hari ini, ayam goreng ala Amerika, gado-gado, atau soto ayam?" Umumnya dijawab, "Ayam goreng". Ibu yang tak mau repot mengurusi anak rewel, repot mencari-cari makanan lain yang belum tentu disukai anak, atau menyiapkan makanan khusus di rumah, menuruti saja keinginan anaknya. Yang menjadi pertanyaan, apakah terus-menerus melahap makanan seperti tidak akan mengganggu kesehatan anak? Memang tidak ada salahnya sekali dua kali sebulan kita menikmati makanan ala Barat ini.
Suasana restoran fast food yang sejuk dan bersih, rasa ayam goreng atau hamburger yang gurih serta penyajiannya yang menarik, agaknya membuat anak "kecanduan" makan makanan seperti itu. Namun sebaiknya makanan yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat yang tinggi seperti itu dikombinasikan dengan makanan yang kadar seratnya tinggi, yakni sayur-mayur atau buah-buahan. Kalau memesan ayam dengan nasi, pesanlah juga salad atau sop sayur plus minuman air mineral, jangan dengan kentang. Jangan lagi ditambah minuman ringan dan es krim! Memang sedap sih, tapi jelas menggelembungkan kolesterol secara cepat.
Kombinasi makanan dengan sayur-mayur dan buah-buahan memang perlu diperhatikan. Seorang dokter ahli penyakit lambung dan usus (gastroenterologi) bilang, serat pada sayuran dan buah-buah yang sebagian besar terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin itu antara lain bermanfaat untuk menghindari gangguan pada lambung dan usus, misalnya sembelit atau diare.
Keunggulan lain makanan berserat ialah menyerap asam empedu yang menjadi penyebab kanker usus. Dengan makan banyak serat, asam empedu tidak akan terlalu lama kontak dengan usus besar. Ini berlawanan dengan lemak. Lemak yang berada dalam usus selalu dihancurkan oleh kuman-kuman yang berada di usus besar itu. Penghancuran ini menghasilkan beberapa asam empedu, yakni deoxycholic acid dan lithocholic acid. Masa transit lemak menjadi panjang, sehingga kontak asam empedu dengan dinding usus besar akan berlangsung lama dengan jumlah asam empedu yang lebih banyak. Kedua asam empedu im mempunyai sifat kokarsinogen yang bisa mempercepat terjadinya kanker.
Sebenarnya banyak makanan tradisional Indonesia yang sehat dan disukai anak-anak. Misalnya, tahu dan tempe goreng atau bacem, bakwan jagung, ketoprak, dan sebagainya, yang banyak mengandung kalsium dan protein tinggi. Sayuran seperti wortel dan kol untuk sop, bayam dan jagung untuk sayur bening, soto ayam lengkap dengan soun, perkedel, dan taoge. Sudahkah kita meninggalkan pola makan lama itu?
v Ayam goreng Mbok Berek
Tentunya tidak pas membandingkan makanan tradisional dengan fast food dari segi gizi. Lebih baik menunjuk langsung pada jenis makanannya dulu. Setelah itu baru ditilik bahan apa saja yang digunakan dan bagaimana pengolahannya.
Ambil contoh ayam goreng. Minyak goreng apa yang digunakan, nabati atau hewani. Sebab banyak ayam goreng ala Barat digoreng dengan minyak sapi, supaya menebarkan aroma dan rasa gurih. Celakanya, makanan itu jadi banyak mengandung minyak atau lemak jenuh, yang sering menjadi biang penyebab penyakit karena tingginya kolesterol dalam darah.
Ayam ras, yang biasa digunakan oleh restoran fast food modern itu, struktur jaringan dagingnya lebih longgar ketimbang ayam kampung atau buras. Sehingga sewaktu digoreng air yang menguap digantikan oleh minyak goreng. Padahal, tenunan lemak di bawah kulit ayam ras itu sendiri juga banyak. Dalam penelitian oleh ditemukan, dada ayam goreng dari dapur fast food mengandung lemak sebanyak 20,6%, sedangkan ayam kampung ala Mbok Berek pada bagian yang sama hanya 13,6%. Ayam yang digoreng dengan minyak yang sudah berulang kali dipakai pun kurang baik. Sebab minyak ini sudah berubah asam lemaknya. Ia bersifat karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Lemak hewani, khususnya babi, paling cepat menaikkan kolesterol ketimbang minyak nabati seperti dari kelapa sawit atau kedelai.
Menurut para ahli jantung, kolesterol tinggi dan. kegemukan merupakan manifestasi terjadinya penyumbatan ataupun penyempitan pembuluh darah jantung. Kalau sejak kecil sudah mengalami kegemukan, punya kebiasaan makan makanan berlemak dan jarang berolahraga, tidak mengherankan seseorang terkena penyakit jantung koroner pada usia relatif muda.

v Jangan Biasakan Ngemil
Bagaimanapun diet yang mempertimbangkan pola gizi seimbang bagi anak-anak itu perlu diperhatikan. Kebutuhan akan kalori tergantung pada usia, berat badan, aktivitas serta pengaruh lingkungan (cuaca panas, dingin, atau lembap).
Unsur yang perlu diperhitungkan dalam makanan anak adalah jumlah kalori: 70 kalori/kg berat badan/hari, protein: 2 g/kg berat badan/hari, ditambah lemak, vitamin, mineral, dan air. Makanan sumber protein antara lain susu, daging, hati, ayam, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan. Sumber hidrat arang: nasi, roti, mi, kentang, ubi, gula, jagung, makaroni, tepung beras, maizena, havermouth. Sumber lemak: minyak, mentega, santan, dan keju. Sumber vitamin dan mineral: buah-buahan dan sayuran.
Akan lebih bijaksana kalau memadukan konsumsi lemak, protein, serat, dan vitamin sehari-hari pada anak. Hendaknya anak-anak juga diminta mengurangi makan junk food, misalnya limun, cemilan, atau snack yang mengandung kalori tinggi tetapi sedikit atau sama sekali tak mengandung gizi. Itu hanya akan menggemukkan.
Anak-anak perlu diberi sarapan. Itu penting untuk metabolisme otak agar konsentrasi belajarnya tidak terganggu sesudah berpuasa sekitar 10 jam selama tidur malam. Bila tidak sarapan, dikhawatirkan terjadi hipoglikemi (kadar gula dalam darah menurun) yang membuat anak lesu dan sulit belajar.
Pola makanan sehat untuk anak usia SD kira-kira mengandung 1.500 - 2.000 kalori/ hari. Kelebihan kalori perlu dihindari agar anak tidak terlalu gemuk. Sekadar contoh, satu kali makan ayam goreng ala Amerika plus french fries (kentang goreng) itu sama saja dengan mengkonsumsi lebih dari 1.000 kalori. Nah, sehabis makan ayam dan kentang goreng itu, makanan berikutnya seyogyanya yang rendah kalori, banyak serat tapi kaya protein.
Memang sering kali sulit membiasakan makan sayur pada anak. Namun, kalau kita sabar melatihnya, niscaya lama-kelamaan ia akan gemar pada sayur.

v Awas MSG
Satu hal lagi, makanan jenis fast food kandungan MSG-nya (monosodium glutamat) cukup tinggi. Hasil penelitian di AS menyebutkan, dalam setiap hotdog (roti isi sosis) terdapat 998 mg sodium. Ini melebihi batas yang disarankan, yakni antara 500 - 1.000 mg per hari, atau setara dengan seperempat sampai setengah sendok makan. Salah satu jajanan yang juga banyak digemari anakanak ialah mi bakso. Sebenarnya boleh-boleh saja anak-anak jajan makanan seperti itu, asal ditambah dengan sayuran, dan yang penting lagi perhatikan kuahnya jangan kebanyakan dibubuhi bumbu penyedap yang biasanya mengandung MSG. Sudah bukan rahasia lagi, MSG dalam dosis besar dapat membahayakan sel otak, atau menekan unsur kalium hingga menimbulkan hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah. Kekurangan kalium juga bisa mempengaruhi khususnya otot jantung dan proses hantaran rangsangan pada saraf.
Sebenarnya mi instan yang sering kali menjadi makanan favorit anak-anak sebaiknya hanya untuk makanan selingan. Bukan untuk makanan sehari-hari, sebab bumbunya mengandung banyak MSG dan kurang bermanfaat bagi pertumbuhan anak. Es krim yang terbuat dah susu, tepung, dan gula, yang herarti mengandung protein, hidrat arang, dan lemak tinggi, baik sebagai sumber energi. Bagi anak yang susah makan ini bermanfaat, asalkan jangan diberikan sebelum makan. Es krim hanya akan menambah berat badan anak yang sudah gemuk.
Bagi anak yang sudah kegemukan, kalori yang disarankan hanya 1.300 kalori. Tentu saja penurunan berat badan pada anak tidak boleh secara drastis. Anak tetap memerlukan makanan berprotein tinggi untuk pertumbuhannya. Kalau melihat anak kita mulai kegemukan, catatlah kebiasaan makannya sehari-hari untuk kemudian dikonsultasikan pada ahli gizi. Anak perempuan yang tetap gemuk setelah mendapatkan haid perlu mendapat perhatian khusus.
Seperti orang dewasa, anak-anak juga perlu berolahraga. Anak gemuk sebaiknya melakukan olahraga: lari atau naik sepeda setengah jam setiap hari. Berenang sebenarnya paling digemari anak-anak, namun rasa lapar setelah berenang akan merangsang mereka untuk makan banyak. Jadi berenang kurang dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Apalagi obat pelangsing, sangat tidak dianjurkan. Motivasi perlu diherikan misalnya dalam bentuk pujian kalau berat badan si anak berhasil diturunkan, karena akan membangkitkan niat mereka mengurangi kebiasaan makan yang keliru tadi.
Agar jangan keterusan, setelah anak berusia 2 tahun sampai dengan remaja hendaknya berat badan mulai dikontrol. Cegahlah sedini mungkin sebelum anak telanjur gembrot!

v Salah Makan

Farah, 12, kecil tetapi bulat. Beratmya 70 kg. Kalau udara dingin dan hujan ia suka jalan-jalan dengan mengenakan celana pendek sambil menepuk-nepuk dada: "Lemak cukup, saya tidak akan beku".
Namun Farah tidak selalu ketawa. karena kegemukan ia mengalami banyak kesulitan. Misalnya di kolam renang semua memperhatikan dadanya yang montok. Dan kalau .gerak badan, kakunya seperti papan: Dan jalan-jalan juga bukan sesuatu yang menyenangkan baginya. "Celana dan pakaian lain dibuat ibu sendiri, karena konfeksi tidak ada untuk ukuran saya."
Karena kegemukannya Farah sudah dua kali masuk rumah sakit Universitas di Ulm. Setelah diselidiki dengan seksama mereka sampai pada kesimpulan bahwa organ tubuhnya semuanya beres. Namun mengapa ia begatu gemuk. Tanyalah ibunya.
Terbukti ia selalu diberi makanan lebih daripada yang diperlukan tubuhnya. Bersama dengan 29 anak lain yang senasib (kegemukan antara 30 sampai 60 persen) Farah empat minggu berlibur di Kleinwalsertal untuk menjadi langsing. Undangan liburan gratis itu datang dari Hans Ditschuneut, 47, profesor dalam ilnu penyakit dalam dan pemimpin bagian pertukaran zat dan ilmu makanan dari Universitas Ulm. Ditschuneut hanya ingin membuktikan bahwa dengan makanan tepat, tanpa kelaparan, orang busa menjadi kurus.
Sebelum mulai dengan eksperimen itu ia minta pada para ahli kelampok psycahologi Goettangen untuk mendatangi orang tua anak-anak itu dengan daftar pertanyaan. Hasilnya, ada yang memberi makanan sampai 3600 kalori sehari, jumlah yang terlalu banyak untuk pekerja berat sekalipun. Sebagian besar dari, makanan itu terdiri dari koolhidrat (roti, kue, makaroni, kentang) dan gula dalam segala bentuk (es krim, coklat, limon, permen). Namun koolhidrat yang dalam organisme cepat berubah menjadi gula, seperti gula juga, akan menimbulkan rasa lapar. Akibatnya ingin makan lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh.
Bagian dari pertukaran zat dan ilmu makanan Universitas Ulm karena itu merencanakan suatu diet (1500 sampai 1900 kal/sehari), yang tidak banyak mengandung gula, hampir tidak ada koalhidratnya, tetapi banyak mengandung zat putih telur (sampai 34% dari semua jumlah kalori) dan lemak (hampir 50% dari semua jumlah kalori). Soalnya zat putih telur dan lemak cepat membuat orang kenyang. Dengan demikian mereka menjadi langsing karena perut kenyang.
Ditschunait mempunyai alasan kuat untuk melakukan percobaan itu. 30% dari semua anak di Jerman Barat kini terlalu gemuk itu naik terus. Anak gemuk menjadi orang dewasa gendut. Dan orang tua yang kegemukan lebih mudah mendapat penyakit kencing gula, darah tinggi, infark jantung, pembuluh darah yang mengapur. Satu dari dua orang Jerman Barat sekarang meninggal karena kegemukan. Selain itu orang kalau terlalu gemuk, akan lebih cepat lelah, tidak suka jalan, lemas dan tidak bisa berprestasi tinggi. Percobaan itu mencengangkan para ahli : Anak-anak lebih cepat kurus daripada yang diharapkan. Ada yang berkurang 5 kilo, ada yang sampai 10 kilo, yang gairah ingin kurus dan berlatih terus. Setelah jalan-jalan 3 jam banyak anak sudah lecet kakinya dan nafasnya susah. Kalau main pingpong, yang kurusan lebih gesit menangkap bola. Yang sangat gemuk, sama sekali tidak ingin main. Mereka lebih suka membaca atau melakukan pekerjaan tangan. Karena terlalu gemuk mereka enggan melakukan gerak tubuh yang tidak penting dan karena tidak mau menggunakan energi, mereka tidak bisa kurus tanpa diet yang ketat. Jadi suatu lingkaran setan.
Tigapuluh anak itu (15 perempuan dan 15 laki-laki antara umur 11 dan 14 tahun) dari Ulm dan sekitarnya, sebagian besar datang dari .lapisan masyarakat paling rendah., beberapa dari kelompak menengah dan hanya dua dari kelas atas.
Bahwa golongan bawah jumlahnya paling banyak tidak mengherankan, bagi psikholog Goefitinger Friedheim Jung, yang mengamati anak-anak selama 4 nainggu. Kegemukan dan golongan sosial berbanding terbalik. Lebih bu,ruk keadaan sosialnya, lebih banyak anak gemuk. Soalnya karena keluarga miskin harus makan semurah mungkin dan ini termasuk kentang, roti yang lebih murah daripada daging. Selain itu mereka sering berpendapat bahwa bayi gemuk bayi sehat.
Mengenai kebiasaan salah orang tua itu Psikholog Jung juga mempunyai keterangan lain. Kalau bayi merasa kurang enak, ia menangis. ibunya langsung, memberi susu supaya diam. Dengan demikian bayi sudah belajar untuk menghilangkan rasa kurang enak dengan makanan. Kelak anak akan makan kalau ia tidak merasa senang, marah atau bosan dengan sesuatu. Kemudian telah dibuktikan bahwa 30% orang dewasa kalau bekerja lembur atau mengalami stress, langsung memberi reaksi dengan makan.
Pengalaman bahwa situasi luar mempengarului kelaparan seseorang, telah ditemukan juga oleh Jung selarna tes-nya dengan 30 anak gemuk itu. Ia memberi mereka pipa dengan alat pengisap dalam mulutnya selama mereka disuruh nonton film Karl May. Reaksi mereka oleh elektrode dicatat dalam suatu grafik. Setiap kali ada adegan tegang anak-anak mulai menghisap atau menggerak-gerakkan mulutnya. Grafik naik. Kesimpulannya, anak-anak gemuk menghadapi ketegangan atau ketakutan dengan dorongan untuk makan.
Apakah ketigaguluh anak gemuk itu sudah tertolong dengan pengetahuan, mengapa mereka gemuk, masih merupakan pertanyaan. Bertentangan dengan pendapat sebelumnya, anak-anak gemuk tidak malu bahwa mereka kelebihan lemak. Mereka tidak begitu menderita seperti orang dewasa yang gendut. Mereka mungkin hanya jengkel mengapa tidak bisa mengenakan pakaian yang sama seperti rekan-rekannya.
Profesor Ditschuneit hanya bisa berharap bahwa orangtuanya lama kelamaan akan mengikuti diet miskin kalori. Jung sendiri kurang percaya, karena di rumah maupun di sekolah banyak godaan. Dalam beberaga minggu penurunan bobot itu akan melesat kembali. Dan bagi anak, masa bodoh apakah dia beratnya 80 atau 90 kg.
Farah berpendapat, “Biarpun bobotku sudah turun 5 kg, saya kira saya tidak tahan lebih lama lagi ngendon di sini,” begitu ujarnya. Begitu pula Hans yang tingginya 107 cm dan selama liburan gratis itu turun dari 98 ke 88 .kg, sudah bosan dengan langsing-langsingan. “Kalau saya pulang, saya akan makan lagi sepuasnya.” Tentu gemukmu pun kambuh lagi!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar