Kamis, 24 Desember 2009

Paitan Sebagai Pestisida Alami

Paitan Sebagai Pestisida Alami


Pestisida cenderung digunakan karena praktis dan mudah didapat. Padahal segi biaya dan efek sampingnya sering dipertanyakan. Paitan dapat dijadikan sebagai pengganti pengendali hama dan penyakit.
Berawal dari kurangnya biaya untuk membeli pestisida, Gus Mahfud Yusuf, Pemimpin Pesantren Hidayatul Mutaqin mencoba memanfaatkan tumbuhan paitan sebagai pestisida. Idenya muncul dari pengetahuan yang diberikan orang tua secara turun temurun.
Paitan, Tithonia tagetiflora Desf dapat ditemukan di mana saja. Biasanya tumbuh liar di lereng-lereng lahan, di paritparit, di sepanjang saluran air, atau ada yang sengaja menar;amnya untuk pagar pekarangan. Tapi Anda jangan keliru, karena banyak tumbuhan yang nama daerahnya paitan. Paitan ini di Jawa Timur disebut paitan, di Jawa Tengah ada yang menamakannya krinyo, maringgo (dari Mary Gold), sedang di Jawa Barat dikenal dengan nama Ki Pait. Tumbuhan ini termasuk herba, berbatang, daunnya menjari, dan berbunga. Bagian batang, daun, bunga. dan akarnya, semua berkhasiat sebagai pestisida.

v Mengusir Hama dan Penyakit
Mahfud Yusuf mulai menggunakan paitan sejak tahun 1979. Pada waktu itu tanaman semangka, bawang putih, dan cabainya terserang hama dan penyakit. Untuk menanggulanginya ia membuat ramuan dari paitan. Hasilnya cukup menggembirakan, semangka dan palawija-palawijanya sukses dipanen. Keampuhan paitan ternyata teruji pula dalam mengatasi hama wereng, belalang. "Sekali sempro saja sudah mampu mengusir wereng dan belalang. Malahan tanaman jeruk keprok dan jeruk pacitan yang dikerubuti kutu daun, kembali tumbuh subur setelah disemprot larutan paitan," papar Mahfud Yusuf.
Larutan paitan bekerja secara langsung, bertindak sebagai pencegah maupun pengobat tanaman yang terserang hama penyakit. Tanaman yang telah disemprot larutan ini menyebabkan hama tidak betah lagi tinggal di tempat, entah karena rasa pahit atau bau yang ditimbulkannya. "Yarig jelas berbagai penyakit bisa dikendalikan, kecuali penyakit menggulung pada tanaman cabai yang susah diobati karena terjangkit dari akar," ungkap Ahmad, petani di Malang.

v Cara Penggunaan
Menurut Ahmad, ada dua cara membuat larutan paitan. Pertama, paitan direndam dalam air sampai busuk (sekitar 2 minggu), kemudian diambil larutannya. Perbandingan air dan paitan kira-kira 1:2. Selanjutnya larutan paitan dlcampur garam sampai terasa asin sebelum siap disemprotkan. Kedua, paitan dijemur di panas matahari sampai kering lalu dibakar. Hasil bakaran yang berbobot kira-kira setengah dari berat asal, dilarutkan dalam air. Setiap ½ kg abu yang dihasilkan dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian ditambahkan pula ¼ kg garam. Larutan dibiarkan agak lama sebelum diencerkan kembali dengan 10 liter air dan sesendok kecil deterjen. Dikocok sebentar, baru siap disemprotkan.
Untuk aplikasi di lapangan, larutan paitan disemprotkan pada daun tanaman yang terserang, bisa dengan compressor atau sprayer.Penyemprotan boleh diulang apabila dianggap belum berhasil. Untuk tindakan pencegahan, maka penyemprotan dilakukan 15 hari sekali. Jumlah paitan yang dibutuhkan per luas lahan sangat tergantung pada tingkat serangan, di samping musim serta jenis komoditas yang juga turut manentukan.
Biaya memanfaatkan paitan jauh lebih rendah bila dibanding dengan menggunakan pestisida yang tersedia di toko obat-obatan pertanian. Jadi, mengapa tidak mencoba pengendalian ala tradisional ini. Di masa mendatang mungkin tumbuhan yang tidak bernilai ekonomis ini akan diperebutkan karena bisa juga digunakan sebagai pupuk penyubur tanaman.




Lantana, Bunga Hutan yang Berpotensi

Lantana camara linn merupakan tanaman perdu dengan tinggi 05 - 1,5 m. Tanaman ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh tersebar di daerah tropis hampir seluruh benua. Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl. Dan tumbuh tersebar di daerah tropis hampir seluruh benua.
Herba batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma dan berukuran panjang beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri. Daun tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilap bila sudah matang.
Lantana camara linn merupakan tanaman tahunan dengan ciri ciri:
Kulit batang berwarna coklat dengan permukaan kasar. Daun berwarna hijau berbentuk oval dengan pinggir daun bergerigi. Permukaan daun kasar karena terdapat bulu. Kedudukan daun berhadapan dan tulang daun menyirip.
Lantana camara linn memiliki bunga yang bersifat rasemos dan memiliki warna beraneka ragam, putih, merah muda, jingga, kuning.Dengan demikian tanaman ini memiliki nilai estika yg dapat di gunakan sebagai tanaman hias. Di beberapa negara tanaman ini sudah banyak di hibridakan sebagai tanaman hias.

Lantana camara linn memiliki buah seperti buah buni. Bewarna hijau dan bila telah matang berwarna hitam. Tanaman ini dapat dikembang biakkan melalui biji dan stek. Selain sebagai tanaman hias, Lantana camara linn juga berpotensi sebagai bio insektisida dan obat. Berdasarkan hasil penelitian dari ekstrak daun dan bunga di dapati senyawa senyawa yang berfungsi sebagai insektisidal, fungisidal, nematisidal, dan anti mikrobakterial.
Senyawa senyawa itu yakni. Humule (minyak asiri), Lantadene A, Lantadene B, Lantanolic acid, Lantic acid, b-coryophylle, g-terpidene, a-pinene, dan r-cynaene. Senyawa triterpenoid dari tanaman ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri staphylococus aureus yang merupakan bakteri patogen pada penyakit saluran pernafasan.
Di Indonesia Lantana camara linn biasa di sebut dengan nama kembang telek. Wild sage (english), Cambara de espinto (brazil), Cuarquito (nicaragua), flowered sage (jamaica), Pha-ka krong (thailand) dan achman (cambodia). Tanaman ini terdiri dari 650 varietas yg tersebar di 60 negara.

v Obati Asma dan Bengkak
Dulu, tanaman ini dimasukkan ke Indonesia sebagai tanaman penutup tanah karena bisa menekan per-tumbuhan alang-alang, tapi kini malah tumbuh di mana-mana dan menjadi gulma di perkebunan-perkebunan. Sekarang banyak juga jenis hibridanya yang bunganya indah, dan ditanam sebagai tanaman bias atau pagar.

Tembelekan berupa perdu yang kebanyakan merambat, tapi ada pula yang tumbuh tegak. Batangnya berbentuk segi empat, berbulu, dan pada beberapa varietas tertentu ada yang berduri. Daunnya bulat telur, bergerigi dengan bagian pangkal tumpul dan ujung meruncing. Berukuran 5-8 k 3-5.5 cm2, bila diremas akan tercium bau yang khas menusuk hidung seperti aroma kotoran ayam, sehingga orang Jawa menyebut tanaman ini tembelekan (tembelek atau telek = tahi/kotoran ayam). Bunganya berbentuk tabung lohceng dengan 3 sampai 5 karangan, berwarna oranye, me-rah, putih, merah muda atau ungu tergantung varietasnya. Buah muda berwarna hijau, tetapi bila sudah tua menjadi hitam kebiruan, tersusun seperti untaian buah anggur.

v Obat asma
Asma adalah penyakit sesak nafas yang terjadi karena menyempitnya pipa saluran pernafasan. Paru-paru banyak mengeluarkan lendir. Kalau lendir ini berkumpul pada pipa yang menyempit itu maka aki-batnya akan menyumbat saluran pernafasan.
Penyakit asma biasanya timbul karena tidalc tahan terhadap perubahan udara, debu, bulu atau rambut hewan, serta bau-bauan yang tajam seperti bau bensin, mi-nyak tanah, kemenyan dan lain-lain.
Daun tembelekan mengandung minyak atsiri yang banyak macamnya. Akan tetapi yang bisa dimanfaatkan sebagai obat hanya beberapa jenis saja. Di antaranya sineol. Minyak ini mudah menguap dan rasanya pedas, namun kalau melewati tenggorokan rasanya sejuk, sehingga mirip menthol yaitu senyawa yang diambil dari tanaman Menta piperita dan banyak dibuat peper mint.
Sineol ini memang berkhasiat sebagai ekspektoran (pelepas dahak atau lendir). Oleh karena itu lantana bisa digunakan untuk obat asma. Sebab lendir yang mengganjal di saluran pernafasan penderita asma yang sedang kambuh, bisa keluar dengan menghirup aroma dari remasan atau tumbukan daun tembelekan yang di-jemur sampai setengah kering dari tanaman Menta piperita dan banyak dibuat pepermint.

Sineol ini memang berkhasiat sebagai ekspektoran (pelepas dahak atau lendir). Oleh karena itu lantana bisa digunakan un-tuk obat asma. Sebab lendir yang meng-ganjal di saluran pernafasan penderita asma yang sedang kambuh, bisa keluar dengan menghirup aroma dari remasan atau tumbukan daun tembelekan yang dijemur sampai setengah kering.

v Obat bengkak
Kalau kita mendapat luka dan kuman-kuman (bakteri/jamur) sempat masuk ke dalamnya karena perawatan yang kurang bersih, maka luka tersebut biasanya akan membengkak. Untuk mengatasi hal ini, daun tembelekan bisa kita manfaatkan, karena ia mengandung terpineol dan furfurol. Terpineol adalah sejenis minyak atsiri yang bersifat antiseptik yang bisa membu-nuh kuman, sedang fufurol bersifat fu-ngisida yang bisa membunuh jamur.

Sejak dulu orang Jawa sudah menggunakan tembelekan untuk menghadapi bengkak akibat luka ini. Caranya, daun tembelekan ditumbuk halus, lalu diletakkan pada bagian yang bengkak. Biasanya cara ini mampu mengempiskan bengkaknya. Walaupuri penggunaan obat kampung ini tidak sehebat khasiat antibiotika modern seperti penisilin, tetrasiclin, terramycin dan lain-lainnya itu, namun untuk daerah-daerah terpencil yang jauh dari jangkauan obat modern, cara ini bisa digunakan meskipun hanya sebagai obat darurat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar