Minggu, 27 Desember 2009

Raja Cina Berhadapan Dengan Dzul Qarnain..

Raja Cina Berhadapan Dengan Dzul Qarnain.


Ketika Iskandar Dzul Qarnain sudah menjelajahi sebagian besar belahan bumi yang terbentang dari Maroko sampai India, maka dia berkehendak untuk memperluas lagi kenegeri Cina. Maka dimulailah pengepungan terhadap negeri itu sampai beberapa bulan hingga tatkala dirasa hampir jatuh, segera saja raja Cina itu ingin mengadakan negosiasi dengan Dzul Qarnain.
Pada suatu hari raja Cina itu keluar dari istananya dengan menyamar ditengah malam buta hingga seseorang tidak akan mengenalnya lagi. Dan setelah menemui para pengawal Dzul Qarnain, dia diizinklan masuk menemuinya didalam khemah dengan mengatakan bahwa dia merupakan utusan raja Cina. Dengan segera Dzul Qarnain mempersilahkan tamunya itu untuk membicarakan kepentingannya. Namun raja Cina itu menghendaki untuk bicara empat mata saja, tidak ada yang tahu kecuali keduanya. Untuk menghadapi segala kemungkinan, para pengawal Dzul Qarnain segera menggeledah apa yang ada dibalik pakaiannya, khawatir jangan-jangan dia akan membunuh Dzul Qarnain secara licik. Ternyata kecurigaan itu tidak terbukti, dan ketika itu barulah Dzul Qarnain mengizinkan untuk berbicara empat mata.
“ Silahkan mengutarakan maksud kedatangan anda. “ kata Dzul Qarnain.
“ Wahai Dzul Qarnain, kali ini saya katakan bahwa saya sendiri merupakan raja Cina itu, bukan hanya sekedar utusannya. Saya berani menghadap anda, tiada lain karena telah saya dengar bahwa pribadi anda begitu baik, cerdas, tidak licik. Dengan demikian jika anda ingin membunuhku. Silahkan leher ini segera dipancung dan anda tidak perlu memerangi rakyat kami. Dan jika anda ingin menjarah harta, maka jarahlah sepuas-puas anda.” begitu tantang raja Cina dengan nyali yang besar.
“ Anda betul-betul pemberani dan tidak menghiraukan ancaman yang akan menimpa diri anda.” ujar Dzul Qarnain.
“ Hal itu tiada lain karena kami hanya mempunyai dua alternatif, boleh jadi anda membunuh saya namun konsekuensinya, rakyatku akan segera menabalkan raja yang baru dimana akan serempak memerangi anda. Atau anda membiarkanku hidup dengan syarat setiap tahun aku harus membayar upeti kepada anda.” sambung raja Cina lagi.
Setelah mendengar diplomasinya itu, Dzul Qarnain diam sejenak untuk berfikir :
“ Betapa raja Cina ini betul-betul cerdik pula.” gumam Dzul Qarnain.
“ Begini saja wahai raja Cina, aku menghendaki upeti dari kerajaanmu selama tiga tahun kedepan harus dibayar tunai. Setelah itu setiap tahunnya hanya membayar separoh, bagaimana ?.” tawar Dzul Qarnain.
“ Adakah kewajiban selain itu.” tanya raja Cina.
“ Tidak.” jawab Dzul Qarnain.
“ Aku sanggupi itu.” tukas raja Cina.
“ Bagaimana kondisi rakyatmu jika terkena upeti selama tiga tahun yang harus dibayar tunai itu.” tanya Dzul Qarnain.
“ Akan kubayar dari harta kerajaan saja hingga tidak perlu membebani rakyatku.” jawab raja Cina.
Setelah terjadi dialog ini, raja Cina pun mohon diri dan segera keluar khemah dengan perasaan yang lega. Namun setelah itu pada suatu hari rakyat dan prajurit Cina dikerahkan untuk mengelilingi tentara Dzul Qarnain hingga seluruh penjuru tampak dipenuhi oleh mereka. Prajurit Dzul Qarnain betul-betul kalang kabut dibuatnya dan memastikan akan disapu bersih mereka. Maka ketika itulah raja Cina sekali lagi menemui Dzul Qarnain dengan pakaian kebesarannya. Segera saja Dzul Qarnain mengatakan :
“ Adakah anda mempermainkan kami ?. “ tanya Dzul Qarnain.
“ Tidak, namun biar anda mengerti bahwa kami tunduk kepada anda itu bukan karena takut, sekali lagi bukan karena itu. Sekarang kau lihat sendiri seluruh prajuritku ini, padahal prajurit yang belum kami keluarkan masih lebih banyak lagi dari pada yang anda lihat.” sahut raja Cina itu.
“ Kalau begitu seluruh upeti yang telah kita setujui kemarin aku batalkan. “ tukas Dzul Qarnain.
Mendengar ucapan terakhir ini, raja Cina merasa puas dan dengan segera dia kembali beserta seluruh prajuritnya dimana selang beberapa hari berikutnya, dia mengirimkan berbagai hadiah untuk Dzul Qarnain sebagai tanda persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar